Jumat, 28 Januari 2011

Kado(ilmu) Buat Akhwat Bunga Hati_qu

KADO (ILMU) BUAT AKHWAT BUNGA HATI
Oleh: Moh Adi 
 

Syaikh Ali al-Thanthawiy

Sudah cukup lama masyarakat Islam digempur dari dua jalur. Jalur syubhat (yang meragukan dan ketidakjelasan) dan jalur syahwat. Penyakit syubhat, jalur lebih parah dan lebih besar bahayanya dari pada penyakit syahwat. Penyakit ini lebih banyak mengganggu. Dia berjalan lewat jalur lambat dan tidak semua orang tahan menerimanya. Pemuda dan remaja yang dibangkitkan dan digugah nafsu syahwatnya lewat jalur syubhat ini langsung menyambut dan menerimanya.
Sementara penyakit syahwat cepat menjalar dan meluas. Tingkatan bahayanya, terbatas pada merepotkan. Ia tidak memusnahkan dan tidak mematikan. Penyakit ini mudah sekali membawa kepada kekufuran, bahkan bisa merusak dan membinasakan.
Aku menyeru, mengajak umat muslimin untuk menegakkan akhlaq, menjunjung budi pekerti yang mulia, memberantas segala macam kerusakan moral dan mengendalikan nafsu syahwat untuk melawan dan memberantas kebejatan moral. Namun kemungkaran tetap berjalan dan dekandensi moral semakin menyebar. Wanita semakin berani bepergian sendirian tanpa muhrim. Di setiap pelosok negeri perbuatan mungkar kita jumpai, dan semakin banyak dalam berbagai bentuknya. Kaum wanita semakin berani dan tanpa malu membuka auratnya. Tubuhnya ditonjol – tonjolkan, pergaulan bebas muda – mudi bertambah mencolok. Semua itu berjalan melanda negara demi negara, tanpa satupun negara Islam –-menurutku-- yang mampu mengelak. Negeri syria yang terkenal dengan keserasian akhlak, yang ketat menjaga kehormatan, dan menutup auratnya, tetapi sekarang, para wanitanya berpakaian terbuka mempertontonkan lengan dan paha, punggung dan dada. Kita gagal dan gagal, dan saya kira kita tidak akan pernah berhasil. Tahukah engkau apa penyebabnya? Sebabnya ialah, karena sampai hari ini kita belum menemukan pintu ke arah perbaikan dan kita tidak tahu jalannya.
Pintu perbaikan ada dihadapanmu. Kunci pintu itu ada ditanganmu. Jika engkau meyakininya dan engkau berusaha memasuki pintu itu, maka keadaan akan berubah dan menjadi baik.
Memang benar, bahkan kaum prialah yang pertama melangkah menempuh jalan dosa, bukan wanita. Akan tetapi perlu diingat, bahwa tanpa kerelaanmu dan tanpa kelunakan sikapmu, mereka tidak akan bersikeras melangkah maju. Engkau membuka pintu kepadanya untuk masuk. Seolah engkau berkata kepada pencuri: ”silahkan masuk” dan setelah engkau kecurian barulah sadar. Barulah engkau teriak “tolong tolong aku kecurian”. Laki – laki menghendaki yang paling berharga darimu, yaitu harga diri dan kehormatanmu. Nasib seorang gadis yang direnggut kehormatannya lebih menyedihkan dari nasib seekor domba yang dimakan serigala. Muda - mudi berdua, bersama – sama berkencan, merasakan kenikmatan sesaat. Namun sesudah itu, dia (laki - laki) lupa dan pergi meninggalkan kamu, dan engkau? Sungguh akan merasakan pahitnya dari pertemuan yang sebentar itu untuk selama – lamanya. Sementara dia pergi dengan diam – diam meninggalkanmu, mencari mangsa lain dengan rayuan dan kemudian menerkam untuk merenggut keperawanannya. Sementara dia menikmati mangsa baru, engkau pelan – pelan merasakan sesuatu yang berat mengganjal di perutmu. Engkau sedih dan muram. Engkau bingung dan gelisah. Laki laki yang membesarkan perutmu itu tidak dituntut atau dihukum oleh masyarakat zhalim, bahkan diberi ampun dan divonis babas, dengan alasan: “Dia memang dahulu sesat, tetapi sekarang sudah bertobat”. Tapi engkau…? Engkau akan terus kecewa dan terus dihina sepanjang umurmu. Masyarakat tidak akan mengampunimu selamanya.
Seandainya, ketika dia mulai merayumu, engkau tolak dengan sikap yang tegas dan engkau alihkan pandanganmu dari pandangannya. Seandainya sikapmu itu menghentikan upayanya dengan sikap yang lebih tegas, berontak sambil mengucapkan kata – kata umpatan, menggunakan tangan dan cepat – cepat engkau lepas sepatu dari kakimu lalu engkau pukulkan ke kepalanya. Kalau engkau lakukan itu, pasti orang yang ada disekitar tempat itu akan segera menolongmu. Sesudah itu dia akan ngeri mengganggu wanita – wanita terhormat dijalan.
Bersabarlah dan carilah aktivitas positif wahai kaum wanita. Laki – laki yang baik dan shaleh, akan datang kepadamu, dengan segala kerendahan hati, memohon maaf, menawarkan kepadamu hubungan yang halal kemudian datang untuk meminang dan menikahimu. Seorang gadis betapapun tinggi kedudukannya, betapapun banyak hartanya, betapa hebat ketenaran dan pengaruhnya, dia pasti mempunyai cita – cita “menggapai kebahagiaan yang tinggi yaitu bersuami dan menjadi istri yang shalehah, terhormat dan ibu rumah tangga yang baik”. Cita – cita seperti itu pasti di harapkan oleh semua wanita, apakah dia ratu, keluarga raja, bintang film Hollywood sekalipun, atau wanita biasa. Pernikahan merupakan jabatan yang paling tinggi bagi wanita.
Inilah nasihatku yang hak dan benar. Jangan engkau dengar omongan yang lain. Ketahuilah wahai wanita, hanya ditanganmu dan bukan ditangan kami kaum pria. Hanya ditanganmu kunci pintu kebaikan. Kalau engkau mau memperbaiki dirimu, maka seluruh umat akan menjadi baik. Semoga kesejahteraan dan rahmat Allah selalu tercurah kepadamu.


--- # ---

Kamis, 27 Januari 2011

Materi TOEFL

SOAL LISTENING
Taken from TOEFL EXPLORER v.1.5 by N.S.T. Electronic Publishing Co, Ltd
QUESTION - 1
a. The shoes are really cheap.
b. The shoes suit the woman very much.
c. The shoes are expensive.
d. The woman should think before buying them.
QUESTION - 2
a. She does not want the boss to come in at this
moment
b. She’d like to be with her boss now
c. She’ll pretend to be dead
d. She’s not feeling very well
QUESTION - 3
a. Maine
b. Chicago
c. California
d. Manhattan
QUESTION - 4
a. the hatchback
b. the four‐door
c. none of them
d. the two‐door
QUESTION - 5
a. she’s too rushed to eat it.
b. It’s very hot
c. It’s too expensive
d. It’s been cooked too quickly
QUESTION - 6
a. Because she’s eating less
b. Because she’s working harder at work
c. Because the man cares about her
d. Because she’s taking exercise
QUESTION - 7
a. Stay a long time
b. Leave
c. Go along with the others
d. Go for a walk
QUESTION - 8
a. Not to do as he would do
b. Not to buy anything from this particular store
c. To start planning what to buy
d. To buy from this store
QUESTION - 9
a. Everything
b. Nothing
c. The drawings
d. The price
QUESTION - 10
a. 130
b. 170
c. 116
d. 144
QUESTION - 11
a. He won’t get an allergy
b. He will not eat at this restaurant
c. He will not eat anything else expect the soup
d. He won’t eat any the soups
QUESTION - 12
a. Looking for her home
b. Leaving for home
c. Leaving home
d. Going to the woman’s home
QUESTION - 13
a. Have lunch
b. Go shopping
c. Eat a roll
d. Go for a walk
QUESTION - 14
a. Traveling from Washington
b. Traveling to Washington
c. Staying in Washington
d. Arriving from Washington
QUESTION - 15
a. Their seats weren’t good enough
b. The music could have been better
c. He didn’t like it at all
d. He liked it very much
QUESTION - 16
a. In New York
b. In Connecticut
c. In Brooklyn
d. In Georgia
QUESTION - 17
a. It’s such a big city
b. The man comes from New York
c. She is irritated by New York
d. She might feel unsafe there.
QUESTION - 18
a. They don’t stop talking
b. They never travel anywhere
c. They think too highly of their own city
d. They are not safe to be with
QUESTION - 19
a. She’s angry
b. She’s amused
c. She’s bored
f. She’s defensive
QUESTION - 20
a. To get more immigrants to come to the U.S
b. To help immigrants live in the U.S
c. To get people to move to new areas
d. To get people to live together
QUESTION - 21
a. They were too tall
b. They were not professional
c. They were too strong
d. They had poor ball handling
QUESTION - 22
a. Six foot
b. Six feet six inches and over
c. Six feet six inches
d. Six feet ten inches
QUESTION - 23
a. The listeners will play some basketball
b. The listener will go home
c. The listeners will enroll for the basketball team
d. The listeners will continue listening to the coach
QUESTION - 24
a. Politics
b. History
c. Geography
d. Tourism
QUESTION - 25
a. A penchant for adventure
b. Marco Polo
c. The major trade routes to the East
d. The southern part of the Silk Road
QUESTION - 26
a. A million years
b. Twelve hundred years
c. A millennium
d. Two thousand years
QUESTION - 27
a. Politics
b. People
c. Climate
d. New sea routes

Lampiran_2 PTK Matematika CPS

RENCANA PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I

Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Standar Kompetensi : Bilangan
1. Memahami dan Menggunakan Sifat – sifat Operasi Hitung Bilangan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : Melakukan Operasi Hitung Campuran
Indikator : Menentukan aturan operasi hitung campuran dan menggunakannya dalam memecahkan masalah.
Waktu : 2 X 35 menit ( 1 X pertemuan)
Hari / Tanggal : Tindakan I dilaksanakan pada Senin, 19 Oktober 2009
Tindakan II dilaksanakan pada Kamis, 22 Oktober 2009


I. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Siswa mampu memahami aturan langkah penyelesaian pemecahan masalah operasi hitung campuran.
B. Tujuan Khusus
Melalui kegiatan CPS dan diskusi siswa dapat :
1. Mengidentifikasi Operasi hitung campuran.
Menjelaskan cara atau langkah – langkah pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Melakukan pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Tujuan Perbaikan Pembelajaran
1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
2. Meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
3. Meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung campuran.

II. MATERI, MEDIA, METODE DAN SUMBER
A. Materi

Operasi Hitung Campuran
Operasi – operasi hitung bilangan meliputi : penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Operasi – opersi hitung tersebut mempunyai tingkatan dalam urutan pengerjaannya.
Mari kita selesaikan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan berikut ini.
456 + 167 – 308 = (456 + 1670 – 308
= 623 – 308
= 315
695 – 500 + 75 = (695 – 5000 + 75
= 195 + 75
= 270



Selanjutnya mari kita selesaikan operasi hitung campuran perkalian dan pembagian berikut ini.
28 X 10 : 4 = (28 X10) : 4
= 280 : 4
= 70
450 : 75 X 16 = (45 : 75) X 16
= 6 X 16
= 96




Oepasi hitung perkalian dan pembagian berasal dari penjumlahan dan pengurangan yang berulang, maka mempunyai tingkatan yang lebih tinggi. Sehingga opersi hitung perkalian dan pembagian harus didahulukan daripada penjumlahan dan pengurangan.
1. 187 + 39 : 3 = 187 + (39 : 3)
= 187 + 13
= 200
2. 196 -5 X 25 = 196 – (5 X 25)
= 196 – 125
= 71





Contoh :
1. (640 + 360) : 10 = ...
Jawab:
(640 + 3600 : 10 = 1.000 : 10 = 100
Contoh menyelesaikan soal cerita matematika :
Tini memiliki 250. 132 butir telur puyuh; dijual laku 175. 000 butir. Hari berikutnya, Tini memanen lagi sebanyak 23. 525 butir. Berapa butirkah telur puyuh Tini sekarang?
Penyelesaian :
Diketahui : a. Telur puyuh awal milik Tini 250. 132 butir
b. Telur puyuh laku 175. 000 butir
c. Panen telur puyuh 23. 525 butir
Ditanya : Jumlah telur puyuh milik Tini sekarang?
Jawab : 250. 132 – 175. 000 + 23. 525
= (250. 132 – 175. 000) + 23. 525
= 75. 132 + 23.525
= 98. 657
B. Media
Manipulatif gambar garis bilangan pada kertas manila.
C. Metode
1. Ceramah
Demonstrasi
D. Sumber
Silabus Matematika kelas IV tahun Pelajaran 2009 / 2010
Buku Pelajaran Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD / MI Kelas 4, Nur Fajariyah dan arif Al Rasyid, Penerbit Grahadi, Th. 2007, Halaman 29 – 47.
Buku Pelajaran Ayo Belajar Matematika Untuk SD dan MI Kelas IV, Burhan Mustaqim dan Ary Astuty, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Th. 2008, Halaman 22 – 24.

III. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
A. Kegiatan Awal (5 menit)
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Guru mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan penuh konsentrasi.
Guru mempersiapkan media, dan alat peraga.
Apersepsi
Guru mengajuka beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Siapa tadi pagi sikat gigi?
b. Berapakali dalam sehari kalian sikat gigi?
c. Maka dalam seminggu kalian sikat gigi berapa kali?
6. Guru menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada pertemuan saat ini yaitu tentang pengerjaan hitung yang melibatkan berbagai operasi hitung campuran bilangan.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
Secara klasikal siswa memperhatikan demonstrasi penjelasan guru tentang Operasi hitung campuran beserta langkah atau cara pengerjaan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Beberapa siswa disuruh maju kedepan kelas untuk mencoba mendemonstrasikan pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran.
Guru mengamati kegiatan kerja kelompok siswa.
Masing – masing perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi.
Siswa dengan bimbingan guru membahas hasil diskusi dan menyimpulkan materi.
Siswa mengerjakan soal – soal latihan yang terdapat pada buku sumber matematika.
C. Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa mengerjakan soal latihan formatif untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan materi yang dimiliki siswa.
Guru menilai hasil tes formatif dan menganalisis hasilnya.
Guru kembali memantapkan materi.
Siswa bersama guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam.
Pertemuan Kedua
A. Kegiatan Awal (5 menit)
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Guru mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan penuh konsentrasi.
Guru mempersiapkan media, dan alat peraga.
Apersepsi
Guru mengajuka beberapa pertanyaan sebagai berikut:
6. Guru menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada pertemuan saat ini yaitu tentang pengerjaan hitung yang melinbatka berbagai operasi hitung campuran bilangan.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
Secara klasikal siswa memperhatikan demonstrasi penjelasan guru tentang Operasi hitung campuran beserta langkah atau cara pengerjaan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Beberapa siswa disuruh maju kedepan kelas untuk mencoba mendemonstrasikan pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran.
Guru mengamati kegiatan kerja kelompok siswa.
Masing – masing perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi.
Siswa dengan bimbingan guru membahas hasil diskusi dan menyimpulkan materi.
Siswa mengerjakan soal – soal latihan yang terdapat pada buku sumber matematika.
C. Kegiatan Akhir (15 menit)
Siswa mengerjakan soal latihan formatif untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan materi yang dimiliki siswa.
Guru menilai hasil tes formatif dan menganalisis hasilnya.
Guru kembali memantapkan materi.
Siswa bersama guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam.

IV. EVALUASI
A. Prosedur Tes
Tes Awal : Ada Dalam Kegiatan Awal
Tes Dalam Proses : Ada Dalam Kegiatan Inti
Tes Akhir : Ada Dalam Kegiatan Akhir
B. Jenis Tes
Lisan dan Tertulis
C. Bentuk Tes
Isian dan Uraian
D. Alat Evaluasi
I. Isilah titik – titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
34 X 17 + 635 = ...
6.844 : 4 – 1235 = ...
25 x 12 – 50 + 500 : 2 = ....
906 – 750 : 125 X 5 + 500 = ...
100 : (75 – 25) X 250 + 500 = ...

II. Selesaikanlah soal – soal cerita berikut ini!
Di atas truk ada 9 buah karung yang berisi jagung. Setiap karung beratnya 75 kg. Karung itu sudah diturunkan 3 buah. Tinggal berapa kg-kah berat semua jagung yang masih di atas truk?
Pak Hari mempunyai 24 drum minyak. Tiap drum berisi 125 liter minyak. Jika tiap hari rata – rata terjual 150 liter, dalam beberapa harikah minyak tersebut akan habis terjual?
Nenek membeli 1 kg telur Rp. 12. 500,00, 1 kg minyak goreng Rp. 13. 400,00 dan 1 kg gula pasir Rp. 7. 200,00. Nenek membayar dengan uang Rp. 50. 000,00. Berapakah sisa uang nenek?
Eka mendapat beasiswa sebesar Rp 120.000,00 dan uang itu ditabungnya. Ia juga mendapat hadiah dari orang tuanya Rp 75.000,00 dan ditabungnya juga. Pada suatu hari dia mengambil tabungan sebesar Rp 62.750,00 untuk membeli peralatan sekolah. Tinggal berapa rupiahkah tabungan eka sekarang?
Toni menjual 6 ekor ayam jantan. Setiap ekor ayam laku Rp 18.250,00. Sebagian hasil penjualannya dibelikan sepatu seharga Rp 22.500,00. Berapa rupiahkah uang Toni sekarang?

E. Kunci Jawaban
I. 1. 1.213
2. 476
3. 500
4. 1.376
5. 1.000
II. 1. (9 X 75) – (3 X 75) = 675 – 225 = 450
2. 24 x 125 : 150 = 20 hari
3. 50.000 - (12.500 + 13.400 + 7.200) = 16.900
4. 120.000 + 75.000 – 62.750 = 132.250
5. 6 X 18.250 – 22.500 = 87.000
F. Pedoman Penilaian
Rum I setiap soal jawaban benar dikali 2
Rum II Setiap soal a. Jawaban lengkap dan benar skor 3
b. Jawaban tidak lengkap dan benar skor 2
c. Jawaban tidak lengkap dan tidak benar skor 1
d. Tidak dijawab skor 0


Skor I + Skor II
Nilai = ——————— X 100
25





LEMBAR KERJA SISWA

Kerjakanlah Soal – soal di bawah ini dengan kelompok belajarmu!

1. Hasil dari 63.540 + 21.210 – 45.100 adalah ...
2. Hasil dari 64.325 + 28.500 – 14.600 adalah ...
3. Hasil dari 3.248 + 4.500 : 100 adalah ...
4. Hasil dari 70.000 – 80.000 : 5 adalah ...
5. Hasil dari 3.230 + 8.100 : 60 adalah ...
6. 3.935 – 4.800 : 6 adalah ...
7. (420 + 140) : 20 = ...
8. (12 + 38) X 40 adalah ...
9. 210 X 60 : 12 adalah ...
10. 7.835 – 30.000 : 6 adalah ...

Nama Kelompok : ...
Nama Anggota :
1. ...
2. ...
3. ...
4. ...
5. ...










RENCANA PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II

Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / I
Standar Kompetensi : Bilangan
1. Memahami dan Menggunakan Sifat – sifat Operasi Hitung Bilangan dalam pemecahan masalah.
Kompetensi Dasar : Melakukan Operasi Hitung Campuran
Indikator : Menentukan aturan operasi hitung campuran dan menggunakannya dalam memecahkan masalah.
Waktu : 2 X 35 menit (1 X pertemuan)
Hari / Tanggal : Tindakan I dilaksanakan pada Senin, 26 Oktober 2009
Tindakan II dilaksanakan pada Kamis, 29 Oktober 2009


I. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Siswa mampu memahami aturan langkah penyelesaian pemecahan masalah operasi hitung campuran.
B. Tujuan Khusus
Melalui kegiatan CPS dan diskusi siswa dapat :
1. Mengidentifikasi Operasi hitung campuran.
2. Menjelaskan cara atau langkah – langkah pemecahan masalah operasi hitung campuran.
3. Melakukan pemecahan masalah operasi hitung campuran.
C. Tujuan Perbaikan Pembelajaran
1. Meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
2. Meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
3. Meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung campuran.
II MATERI, MEDIA, METODE DAN SUMBER
A. Materi

Operasi Hitung Campuran
Operasi – operasi hitung bilangan meliputi : penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Operasi – opersi hitung tersebut mempunyai tingkatan dalam urutan pengerjaannya.
Mari kita selesaikan operasi hitung campuran penjumlahan dan pengurangan berikut ini.
456 + 167 – 308 = (456 + 1670 – 308
= 623 – 308
= 315
695 – 500 + 75 = (695 – 5000 + 75
= 195 + 75
= 270



Selanjutnya mari kita selesaikan operasi hitung campuran perkalian dan pembagian berikut ini.
28 X 10 : 4 = (28 X10) : 4
= 280 : 4
= 70
450 : 75 X 16 = (45 : 75) X 16
= 6 X 16
= 96



Oepasi hitung perkalian dan pembagian berasal dari penjumlahan dan pengurangan yang berulang, maka mempunyai tingkatan yang lebih tinggi. Sehingga opersi hitung perkalian dan pembagian harus didahulukan daripada penjumlahan dan pengurangan.
1. 187 + 39 : 3 = 187 + (39 : 3)
= 187 + 13
= 200
2. 196 -5 X 25 = 196 – (5 X 25)
= 196 – 125
= 71




Contoh :
1. (640 + 360) : 10 = ...
Jawab:
(640 + 3600 : 10 = 1.000 : 10 = 100
Contoh menyelesaikan soal cerita matematika :
Tini memiliki 250. 132 butir telur puyuh; dijual laku 175. 000 butir. Hari berikutnya, Tini memanen lagi sebanyak 23. 525 butir. Berapa butirkah telur puyuh Tini sekarang?
Penyelesaian :
Diketahui : a. Telur puyuh awal milik Tini 250. 132 butir
b. Telur puyuh laku 175. 000 butir
c. Panen telur puyuh 23. 525 butir
Ditanya : Jumlah telur puyuh milik Tini sekarang?
Jawab : 250. 132 – 175. 000 + 23. 525
= (250. 132 – 175. 000) + 23. 525
= 75. 132 + 23.525
= 98. 657



B. Media
Manipulatif gambar garis bilangan pada kertas manila.
C. Metode
1. Ceramah
Demonstrasi
D. Sumber
Silabus Matematika kelas IV tahun Pelajaran 2009 / 2010
Buku Pelajaran Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD / MI Kelas 4, Nur Fajariyah dan arif Al Rasyid, Penerbit Grahadi, Th. 2007, Halaman 29 – 47.
Buku Pelajaran Ayo Belajar Matematika Untuk SD dan MI Kelas IV, Burhan Mustaqim dan Ary Astuty, Penerbit Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Th. 2008, Halaman 22 – 24.

III. LANGKAH – LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan Pertama
A. Kegiatan Awal ( 5 menit )
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Guru mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan penuh konsentrasi.
Guru mempersiapkan media, dan alat peraga.
Apersepsi
Guru mengajuka beberapa pertanyaan sebagai berikut:
Guru menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada pertemuan saat ini yaitu tentang pengerjaan hitung yang melinbatka berbagai operasi hitung campuran bilangan.
B. Kegiatan Inti ( 50 menit )
Secara klasikal siswa memperhatikan demonstrasi penjelasan guru tentang Operasi hitung campuran beserta langkah atau cara pengerjaan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Beberapa siswa disuruh maju kedepan kelas untuk mencoba mendemonstrasikan pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran.
Guru mengamati kegiatan kerja kelompok siswa.
Masing – masing perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi.
Siswa dengan bimbingan guru membahas hasil diskusi dan menyimpulkan materi.
Siswa mengerjakan soal – soal latihan yang terdapat pada buku sumber matematika.

C. Kegiatan Akhir ( 15 menit )
Siswa mengerjakan soal latihan formatif untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan materi yang dimiliki siswa.
Guru menilai hasil tes formatif dan menganalisis hasilnya.
Guru kembali memantapkan materi.
Siswa bersama guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam.
Pertemuan Kedua
A. Kegiatan Awal ( 5 menit )
Guru membuka kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam.
Guru mengabsen kehadiran siswa.
Guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran dengan penuh konsentrasi.
Guru mempersiapkan media, dan alat peraga.
Apersepsi
Guru mengajuka beberapa pertanyaan sebagai berikut:
a. Berapa jam kalian belajar setiap harinya di rumah?
b. Satu hari ada berapa jam?
c. Ada berapa jamkah satu hari di kurangi dengan jam belajarmu?
6. Guru menjelaskan tujuan yang akan disampaikan pada pertemuan saat ini yaitu tentang pengerjaan hitung yang melinbatka berbagai operasi hitung campuran bilangan.
B. Kegiatan Inti ( 50 menit )
Secara klasikal siswa memperhatikan demonstrasi penjelasan guru tentang Operasi hitung campuran beserta langkah atau cara pengerjaan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Beberapa siswa disuruh maju kedepan kelas untuk mencoba mendemonstrasikan pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Dengan berdiskusi kelompok, siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran.
Guru mengamati kegiatan kerja kelompok siswa.
Masing – masing perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi.
Siswa dengan bimbingan guru membahas hasil diskusi dan menyimpulkan materi.
Siswa mengerjakan soal – soal latihan yang terdapat pada buku sumber matematika.
C. Kegiatan Akhir ( 15 menit )
Siswa mengerjakan soal latihan formatif untuk mengukur sejauh mana tingkat penguasaan materi yang dimiliki siswa.
Guru menilai hasil tes formatif dan menganalisis hasilnya.
Guru kembali memantapkan materi.
Siswa bersama guru menutup pelajaran dengan berdoa dan salam.

IV. EVALUASI
A. Prosedur
Tes Awal : Ada Dalam Kegiatan Awal
Tes Dalam Proses : Ada Dalam Kegiatan Inti
Tes Akhir : Ada Dalam Kegiatan Akhir
B. Jenis Tes
Lisan dan Tertulis
C. Bentuk Tes
Isian dan Uraian
D. Alat Evaluasi
I. Isilah titik – titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. 64 X 13 + 125 = ...
2. 315 X 2 X 15 = ...
3. 50.000 – 30.000 : 6 = ...
4. 43 X 28 + 720 : 9 – 168 = ...
5. 490 : 7 + 65 X 37 – 480 = ...
II. Selesaikanlah soal – soal cerita berikut ini!
Beras sumbangan yang terkumpul dari dua penerbit masing – masing sebanyak 9.852 kg dan 3.756 kg. Seluruh sumbangan itu akan dibagikan sama banyak kepada 36 kelurahan yang mengalami kekeringan. Berapa kg-kah beras yang diterima oleh tiap kelurahan?
Sebuah buku harganya Rp 2.500,00 dan sebuah spidol harganya Rp 2.250,00. Rina membeli 4 buah buku dan 8 spidol dengan uang lima puluh ribuan. Berapa sisa uang Rina?
Budi memiliki 1.256 kelereng, diminta adik 200 kelereng, hilang 56. Budi akan bermain kelereng bersama 3 orang temannya. Kemudian kelereng itu dibagikan kepada 3 orang teman budi dan budi. Berapa kelereng bagian Budi?
1 kaleng berisi 23 bungkus permen. Zen memiliki 23 kaleng. Dimakan olehnya 5 bungkus permen. Tinggal berapa bungkus permen milik Zen?
Inu mempunyai uang sebesar Rp. 60.000,00. Dia gunakan untuk membeli 2 buku, 2 pensil, 2 kaos kaki, dan 1 tas sekolah. Harga masing – masing barang tersebut adalah 1500, 750, 4500, 25.000. Berapakah uang kembali Zen?
E. Kunci Jawaban
I. 1. 957
2. 9450
3. 45000
4. 1116
5. 1995
II. 1. (9852 + 3756) : 36 = 378
50.000 – (4 X 2500 + 8 X 2250) = 22.000
(1256 – 200 – 56) : 4 = 250
23 X 23 - 5 = 524
60.000 (2 X 1500 + 2 X 750 + 2 X 4500 + 1 X 25.000) = 21.500
F. Pedoman Penilaian
Rum I setiap soal jawaban benar dikali 2
Rum II Setiap soal a. Jawaban lengkap dan benar skor 3
b. Jawaban tidak lengkap dan benar skor 2
c. Jawaban tidak lengkap dan tidak benar skor 1
d. Tidak dijawab skor 0


Skor I + Skor II
Nilai = ——————— X 100
25












LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN

Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Operasi hitung campuran
Kelas / Semester : IV / 1
Hari, tanggal : Kamis, 29 Oktober 2009
Fokus Observasi : Penggunaan model pembelajaran “CPS” untuk
Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Matematika dalam kegiatan tindakan perbaikan pembelajaran.

Kemunculan tiap siklus
Siklus I Siklus II
Ada Tidak Ada Tidak

A.



B.





C.





















D.



















E






F OBSERVASI TERHADAP GURU
Kegiatan Pra KBM
1. Guru Menyiapkan alat pelajaran
2. Guru Mengabsen siswa
3. Guru memotivasi siswa
Kegiatan Awal
1. Guru melakukan appersepsi
1. Guru menyampaikan materi pembelajaran
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran
2. Guru memusatkan perhatian siswa
2. Guru memberi petunjuk kegiatan kepada siswa
3. Guru melibatkan siswa dalam pelaksanaan kegiatan
4. Guru memberi pertanyaan kepada siswa
5. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
6. Guru menjawab pertanyaan siswa
7. Guru melaksanakan penilaian proses
8. Guru melaksanakan perbaikan pembelajaran
9. Guru menyimpulkan materi pelajaran
10. Guru menggunakan model pembelajaran sesuai perencanaan
Kegiatan Perbaikan
1. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa belum tuntas
2. Guru memberi pertanyaan kepada siswa belum tuntas belajar
2. Guru membimbing siswa dalam pelaksanaan pembelajaran secara merata
3. Guru membimbing siswa belum tuntas belajar secara khusus
4. Jenis pertanyaan sesuai dengan tujuan pembelajaran
5. Guru melibatkan siswa lain dalam perbaikan pembelajaran kepada siswa belum tuntas belajar
6. Guru melibatkan siswa dalam menyimpulkan pembelajaran
7. Guru memberi penghargaan terhadap siswa
Kegiatan akhir
1. Guru mengadakan penilaian
2. Guru mengoreksi pekerjaan siswa
3. Guru menganalisis hasil evaluasi siswa
4. Guru mengadakan tindak lanjut
5. Guru mengakhiri pembelajaran
OBSERVASI TERHADAP SISWA
1. Siswa membawa buku sumber
2. Siswa membawa alat pelajaran
3. Siswa aktif bertanya
4. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru
5. Siswa terpusat perhatiannya terhadap pembelajaran/konsentrasi
6. Siswa bergairah melaksanakan kegiatan pembelajaran bermain “Mencari pasangan”
7. Siswa menyenangi model pembelajaran “Mencari pasangan”
8. Seluruh siswa belum tuntas dapat mejawab pertanyaan guru
9. Sebagian siswa belum tuntas dapat menjawab pertanyaan guru































































































































































































































DAFTAR NILAI SIKLUS II

Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : Operasi Hitung Campuran
Kelas/Semester : IV / 1
Hari/Tanggal : Senin dan Kamis, 26 dan 29 Oktober 20092009
Tahun Pelajaran : 2009 / 2010




No. Nama Siswa Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1. Eko Febrianto 50 √
2. Nomiati 70 √
3. Wili Mukasah 60 √
4. Andi Ariyanto 70 √
5. Dewi Retnosari 60 √
6. Ervin Siswanto 70 √
7. Puput Supriyatin 70 √
8. Wasis Riswanto 60 √
9. Achmad Shidiq 90 √
10. Andre Farhan F 80 √
11. Bayu Triwahyudi 90 √
12. Dwi Rahmawati 70 √
13. Evi Marliyanti 80 √
14. Galih Adhi P 70 √
15. Ilham Yanuar 80 √
16. Marselina Susiani 70 √
17. Nikensari Pradiastuti 70 √
18. Nur Ulil Ma’rifah 80 √
19. Octa Apitasari 70 √
20. Rizky Septianingrum 60 V
21. Rowit Anggelika Dwi Wauci 70 √
22. Zinatun Fathonatus Solihsah 80 √
23. Widiawati 70 √
24. Puji Wastuti 70 √
25. Intan Resti Margarena 70 √
26. Hendri Ragil Budianto 70 √
27. Fufung Jonanda Ananto 70 √


































DAFTAR NILAI SIKLUS I

Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : Operasi Hitung Campuran
Kelas/Semester : IV / 1
Hari/Tanggal : Senin dan Kamis, 19 dan 22 Oktober 2009
Tahun Pelajaran : 2009 / 2010



No. Nama Siswa Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1. Eko Febrianto 50 √
2. Nomiati 60 √
3. Wili Mukasah 60 √
4. Andi Ariyanto 80 √
5. Dewi Retnosari 40 √
6. Ervin Siswanto 70 √
7. Puput Supriyatin 70 √
8. Wasis Riswanto 60 √
9. Achmad Shidiq 90 √
10. Andre Farhan F 80 √
11. Bayu Triwahyudi 80 √
12. Dwi Rahmawati 70 √
13. Evi Marliyanti 70 √
14. Galih Adhi P 70 √
15. Ilham Yanuar 80 √
16. Marselina Susiani 60 √
17. Nikensari Pradiastuti 60 √
18. Nur Ulil Ma’rifah 60 √
19. Octa Apitasari 60 √
20. Rizky Septianingrum 60 √
21. Rowit Anggelika Dwi Wauci 70 √
22. Zinatun Fathonatus Solihsah 70 √
23. Widiawati 70 √
24. Puji Wastuti 70 √
25. Intan Resti Margarena 70 √
26. Hendri Ragil Budianto 70 √
27. Fufung Jonanda Ananto 70 √



































DAFTAR NILAI MATEMATIKA
PRA SIKLUS, SIKLUS I, DAN SIKLUS II

NO NAMA SEBELUM
SIKLUS SIKLUS I SIKLUS II
1. Eko Febrianto 40 50 50
2. Nomiati 60 60 70
3. Wili Mukasah 50 60 60
4. Andi Ariyanto 70 80 70
5. Dewi Retnosari 40 40 60
6. Ervin Siswanto 60 70 70
7. Puput Supriyatin 70 70 70
8. Wasis Riswanto 50 60 60
9. Achmad Shidiq 80 90 90
10. Andre Farhan F 70 80 80
11. Bayu Triwahyudi 80 80 90
12. Dwi Rahmawati 60 70 70
13. Evi Marliyanti 60 70 80
14. Galih Adhi P 70 70 70
15. Ilham Yanuar 60 80 80
16. Marselina Susiani 50 60 70
17. Nikensari Pradiastuti 50 60 70
18. Nur Ulil Ma’rifah 50 60 80
19 Octa Apitasari 60 60 70
20. Rizky Septianingrum 40 60 60
21. Rowit Anggelika Dwi Wauci 50 70 70
22. Zinatun Fathonatus Solihsah 60 70 80
23. Widiawati 50 70 70
24. Puji Wastuti 70 70 70
25. Intan Resti Margarena 60 70 70
26. Hendri Ragil Budianto 50 70 70
27. Fufung Jonanda Ananto 50 70 70











DAFTAR NILAI PRA SIKLUS

Mata Pelajaran : Matematika
Kompetensi Dasar : Operasi Hitung Campuran
Kelas/Semester : IV / 1
Hari/Tanggal : Senin, 12 Oktober 2009
Tahun Pelajaran : 2009 / 2010



No. Nama Siswa Nilai Tuntas Tidak Tuntas
1. Eko Febrianto 40 √
2. Nomiati 60 √
3. Wili Mukasah 50 √
4. Andi Ariyanto 70 √
5. Dewi Retnosari 40 √
6. Ervin Siswanto 60 √
7. Puput Supriyatin 70 √
8. Wasis Riswanto 50 √
9. Achmad Shidiq 80 √
10. Andre Farhan F 70 √
11. Bayu Triwahyudi 80 √
12. Dwi Rahmawati 60 √
13. Evi Marliyanti 60 √
14. Galih Adhi P 70 √
15. Ilham Yanuar 60 √
16. Marselina Susiani 50 √
17. Nikensari Pradiastuti 50 √
18. Nur Ulil Ma’rifah 50 √
19. Octa Apitasari 60 √
20. Rizky Septianingrum 40 √
21. Rowit Anggelika Dwi Wauci 50 √
22. Zinatun Fathonatus Solihsah 60 √
23. Widiawati 50 √
24. Puji Wastuti 70 √
25. Intan Resti Margarena 60 √
26. Hendri Ragil Budianto 50 √
27. Fufung Jonanda Ananto 50 √



































LEMBAR PENGAMATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
SIKLUS II

Nama Guru Praktikan : SUGENG RIYADI
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/Semester : IV / 1
Kompetensi Dasar : Operasi Hitung Campuran


NO KEMUNCULAN
YA TIDAK
1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran. √ Siswa cukup aktif
2. Tingkah laku siswa saat guru
menyelesaikan contoh soal. √ Sebagian besar memperhatikan
3. Sikap siswa dalam bekerja
kelompok. √ Kerja sama cukup baik
4. Sikap siswa dalam memperhatikan pendapat atau jawaban teman dari kelompok lain. √ Cukup baik
5. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan. √ Sudah cukup bagus
6. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan. √ Sudah bagus
7. Keaktifan siswa dalam dalam
mengeluarkan pendapat. √ Cukup baik, perlu ditingkatkan
8. Sikap siswa dalam minat belajar. √ Cukup baik
9. Semangat siswa dalam belajar. √ Cukup baik
10. Ketenangan kelas. √ Cukup kondusif



Banyumas, 29 Oktober2009
Pengamat, Mahasiswa,


TUSIAH, S.Pd. SD SUGENG RIYADI
NIP 19670821 199403 2 006 NIM 815207752






























LEMBAR PENGAMATAN GURU
PENGELOLAAN PROSES BELAJAR MENGAJAR
DALAM PEMBELAJARAN DI KELAS
SIKLUS II

Nama Guru Praktikan : SUGENG RIYADI
Mata Pelajaran : MATEMATIKA
Kelas/Semester : IV / 1
Kompetensi Dasar : OPERASI HITUNG CAMPURAN


NO KEMUNCULAN
YA TIDAK
A.KEGIATAN AWAL
1 Memotivasi siswa.
√ Cukup baik
2 Membentuk kelompok belajar dengan baik. √ Cukup baik
3 Menghubungkan pelajaran terdahulu dengan yang akan dibahas. √ Apersepsi sudah sesuai dengan materi
4 Mengkomunikasikan tujuan belajar. √ Dilaksanakan dengan baik
5 Telah menyiapkan alat, bahan atau media pembelajaran yang diperlukan. √ Sudah sesuai dan cukup relevan
B.KEGIATAN INTI
1. Menggunakan alat, bahan atau media. √ Penggunaan sudah maksimal
2. Memotivasi siswa untuk bertanya.
√ Dilaksanakan dengan baik
NO KEMUNCULAN
YA TIDAK
3. Berperan sebagai fasilitator.
√ Sudah dilaksanakan dengan baik
4. Mengaktifkan kelompok kerja. √ Cukup baik
5. Meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil kelompok. √ Dilaksanakan dengan baik
6. Membimbing siswa . √ Sudah baik
7. Membantu kesulitan belajar siswa. √ Dilaksanakan dengan baik
8. Segera memberikan kegiatan perbaikan atau pengayaan. √ Dilaksanakan dengan baik
C.KEGIATAN AKHIR
1. Membimbing siswa menyimpulkan materi. √ Cukup baik
2. Memberikan tugas untuk materi berikutnya. √ Dilaksanakan dengan baik
D.KESAN TERHADAP GURU PENGAJAR
1. Penampilan. √ Sudah baik dan menarik
2. Penggunaan papan tulis. √ Sudah baik dan cukup maksimal
3. Pengelolaan kelas. √ Cukup baik
4. Teknik bertanya. √ Cukup baik
5. Penggunaan alat atau metode pengajaran. √ Sudah cukup sesuai
6. Pengorganisasian bahan pengajaran. √ Dilaksanakan dengan baik

Banyumas, 29 Oktober 2009
Pengamat, Mahasiswa,



TUSIAH, S.Pd. SD SUGENG RIYADI
NIP 19670821 199403 2 006 NIM 815207752































PEMERINTAH KABUPATENBANYUMAS
DINAS PENDIDIKAN
UNIT PENDIDIKAN KECAMATAN SUMPIUH
SD NEGERI 3 SUMPIUH
Alamat : Gr. Jatilarangan Sumpiuh, Kec. Sumpiuh, Kab. Banyumas

SURAT KETERANGAN
Nomor:

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SD Negeri 3 Sumpiuh Unit Pendidikan Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas menerangkan bahwa:

Nama : Sugeng Riyadi
NIM : 815207752

telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dan Perbaikan Pembelajaran Mata Pelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 3 Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Program Strata 1 PGSD FKIP Universitas Terbuka.




Banyumas, 24 November 2009
Kepala Sekolah,


K. Wihesti, S.Pd.
NIP 19580428 197802 2 004



PEMERINTAH KABUPATENBANYUMAS
DINAS PENDIDIKAN
UNIT PENDIDIKAN KECAMATAN SUMPIUH
SD NEGERI 3 SUMPIUH
Alamat : Gr. Jatilarangan Sumpiuh, Kec. Sumpiuh, Kab. Banyumas


SURAT KETERANGAN
Nomor : / / / 2009


Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala Sekolah SD Negeri 3 Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas menerangkan bahwa :
Nama : Tusiah, SPd. SD
NIP : 19670821 199403 2 006
Jabatan : Guru Kelas
Unit Kerja : SD Negeri 3 Sumpiuh
Untuk menjadi observer praktek Perbaikan Pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan ketentuan sebagai berikut :
Peneliti : Sugeng Riyadi
NIM : 815207752
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : IV / 1
Pelaksanaan : Siklus I, 19 dan 22 Oktober 2009
Siklus II, 26 dan 29 Oktober 2009
Materi : Operasi Hitung Campuran
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Sumpiuh
Tanggal : 17 Oktober 2009
-------------------------------------------
Kepala Sekolah,

K. Wihesti, SPd.
NIP 19580428 197802 2 004
PEMERINTAH KABUPATENBANYUMAS
DINAS PENDIDIKAN
UNIT PENDIDIKAN KECAMATAN SUMPIUH
SD NEGERI 3 SUMPIUH
Alamat : Gr. Jatilarangan Sumpiuh, Kec. Sumpiuh, Kab. Banyumas

SURAT KETERANGAN
Nomor:

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SD Negeri 3 Sumpiuh Unit Pendidikan Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas menerangkan bahwa:

Nama : Sugeng Riyadi
NIM : 815207752

telah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dan Perbaikan Pembelajaran Mata Pelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 3 Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) Program Strata 1 PGSD FKIP Universitas Terbuka.




Banyumas, 24 November 2009
Kepala Sekolah,


K. Wihesti, S.Pd.
NIP 19580428 197802 2 004

BAB V PTK Matematika CPS

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan pada mata pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Melakukan Operasi Hitung Campuran di SD Negeri 3 Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh Kabupaten Banyumas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1. Apersepsi yang menarik akan meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Penggunaan media dan alat peraga yang relevan akan menambah antusias siswa dalam belajar.
3. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran akan lebih kuat dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam pengamatan dan demonstrasi tentang materi pelajaran.
4. Keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dapat ditingkatkan melalui diskusi kelompok.
5. Hasil prestasi siswa pada mata pelajaran Matematika dengan model pembelajaran CPS siklus I mencapai rata-rata 63 % meningkat pada siklus II menjadi 81 %. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja guru dalam pembelajaran meningkat.
6. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Matematika siklus I dan siklus II semakin meningkat, siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa semua indikator terlaksana dengan baik.
7. Dengan demikian melalui model pembelajaran CPS siswa dapat menyelesaikan masalah dengan baik dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD Negeri 3 Sumpiuh Kelas IV semester 1 Tahun Pelajaran 2009 / 2010.


Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang sebaiknya dilaksanakan oleh guru dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran, di antaranya adalah:
a. Guru hendaknya dapat memberikan apersepsi yang menarik di awal pembelajaran agar minat siswa terhadap materi pelajaran tinggi.
b. Media dan alat peraga hendaknya dipersiapkan sesuai dengan materi yang akan diajarkan untuk kegiatan observasi dan pengamatan.
c. Dengan memperhatikan kelebihan yang dimiliki dari metode demonstrasi dan model pembelajaran CPS, maka hendaknya guru dan calon guru menerapkan metode demonstrasi dan model pembelajaran CPS dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
d. Dalam pembelajaran dengan model pembelajaran CPS guru berperan sebagai fasilitator, hendaknya membiarkan siswa belajar secara alamiah dan mengalami sendiri sehingga siswa dapat menyelesaikan atau memecahkan masalah sendiri melaui pengetahuan yang baru didapat.
C. Tindak Lanjut
Untuk meningkatkan mutu profesionalisme guru berdasarkan pengalaman peneliti selama melakukan perbaikan pembelajaran melaui PTK, guru perlu melakukan kerjasama dan berbagi pengalaman dengan teman sejawat yang berhubungan dengan pembelajaran yang telah dilakukan. Kerjasama tersebut bisa melalui KKG atau Kelompok Kerja Guru untuk saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman selama menjalankan tugas. Selain itu penelitian Tindakan Kelas sangat membantu guru dalam mengevaluasi apa yang telah dilaksanakan dalam tugasnya menyampaikan materi kepada para siswa. Dengan demikian akan berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa di SD.
DAFTAR PUSTAKA

Wardhani, IGAK. et.al. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas
Terbuka


Abdurrahman, Dr. Mulyono. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.


Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Peraturan Menteri pendidikan Nasional
RI Nomor 22, 23, 24 Tahun 2006. Jakarta.


Siswoyo, Dwi. Et. Al. (2007). Ilmu pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.


Muhsetyo, Gatot. El. Al. (2007). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.


Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Proses dan strategi pemecahan masalah trigonometri. G:\Proses dan strategi
pemecahan masalah « belajar matematika.mht. diakses tanggal … September 2009.
Suarti. (2009). Model pembelajaran creative problem solving dengan program
berbantuan computer dalam pembelajaran matematika tatang setiadi’s Mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan Universitas Lampung.html. diakses tanggal 08 september 2009.
Wahidin. (2009). Pemecahan Masalah Matematika. Makalah. G:\pemecahan
masalah matematika (problem solving in mathematica)« kuMPULAN MAKALAH & bantuan bahan makalah pendidikan.html. diakses tanggal 08 september 2009.
Upu, Hamzah. (2009). Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah
Matematika. G:\teori-belajar.html. diakses tangal 08 september 2009.

BAB IV PTK Matematika CPS

BAB IV

HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Hasil perbaikan pembelajaran dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di kelas IV SD Negeri 3 Sumpiuh pada mata pelajaran IPS dengan Kompetensi Dasar Menunjukkan Jenis dan Persebaran Sumber Daya Alam Serta Pemanfaatannya Untuk Kegiatan Ekonomi di Lingkungan Setempat yang peneliti lakukan dalam dua siklus (tiap siklus dilakukan dua kali tatap muka) adalah sebagai berikut:
1. Siklus I:
a. Tindakan 1 dilaksanakan Hari Senin, 19 Oktober 2009 dengan waktu 2 X 35 menit.
b. Tindakan 2 dilakukan Hari Kamis, 22 Oktober 2009 dengan waktu 2 X 35 menit.
2. Siklus II:
a. Tindakan I dilaksanakan Hari Senin, 26 Oktober 2009 dengan waktu 2 X 35 menit.
b. Tindakan 2 dilaksanakan Hari Kamis, 29 Oktober 2009 dengan waktu 2 X 35 menit.
Dari data yang dihimpun selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas ditemui adanya peningkatan yang sangat baik. Pada siklus kedua hasil pembelajaran telah memperoleh hasil yang menggembirakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel daftar nilai hasil evaluasi tes formatif tiap siklusnya (terlampir)
Berdasarkan pada tabel 4.1 kita dapat melihat adanya perubahan nilai yang dicapai siswa tiap siklusnya mengalami peningkatan:
Pada studi awal, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 20 siswa dari 27 siswa atau sebesar 74 %.
Pada siklus I, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 10 siswa dari 27 siswa atau sebesar 37 %.
Pada siklus II, siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 5 siswa dari 27 siswa atau sebesar 19 %.
Sedangkan siswa yang dapat menguasai materi pelajaran mengalami kenaikan yang cukup menggembirakan yaitu:
Pada studi awal, siswa yang telah tuntas belajar sebanyak 7 siswa dari 27 siswa atau sebesar 26 %.
Pada siklus I, siswa yang tuntas belajar sebanyak 17 siswa dari 27 siswa atau sebesar 63 %.
Pada siklus II, siswa yang tuntas belajar sebanyak 22 siswa dari 27 siswa atau sebesar 81 %.
Di bawah ini peneliti sajikan tabel perkembangan penguasaan materi pelajaran matematika dalam bentuk persentase setelah dilakukan perbaikan pembelajaran.

Tabel 4.1 Data Hasil Persentase Tes Formatif Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Sumpiuh


No. Uraian Siswa yang sudah tuntas Siswa yang belum tuntas
Jumlah % Jumlah %
1 Studi Awal 7 26 % 20 74 %
2 Siklus I 17 63 % 10 37 %
3 Siklus II 22 81 % 5 19 %

Dari tabel 4.1 dapat dilihat setiap siklus mengalami kenaikan dalam penguasaan materi pelajaran. Dari studi awal ke siklus I mengalami kenaikan 37 %. dari siklus I ke siklus II mengalami kenaikan sebesar 18 %.
Hingga siklus II seluruh siswa telah tuntas belajarnya.

Agar lebih jelas dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini!

Gambar 4.1 Grafik tingkat ketuntasan belajar siswa

Nilai < 70 = 5/27 x 100% = 19 %
Nilai ≥ 70 = 22/27 x 100% = 81 %
Ketuntasan Pembelajaran = 70 %
Sedangkan untuk hasil observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada lampiran Tabel lembar hasil pengamatan keaktifan siswa dalam pembelajaran di kelas.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran pada siklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I.
Analisis Hasil Observasi Pembelajaran Teman Sejawat (terlampir).
Pembahasan
Siklus pertama pelaksanaan Matematika Kompetensi Dasar Melakukan operasi hitung campuran di SD Negeri 3 Sumpiuh kelas IV dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pada pertemuan pertama memasuki fase start guru memulai kegiatan perbaikan pembelajaran dengan menggali pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan berbagai operasi hitung campuran dan menetapkan berbagai kegiatan berdasarkan skenario pembelajaran yang telah dirancang.
Proses pembelajaran dimulai dengan pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan kompetensi dasar melakukan operasi hitung campuran peneliti kemudian mendorong siswa untuk memberikan jawaban – jawaban terbuka dan mendiskusikan tentang pertanyaan yang berkaitan dengan kompetensi dasar tersebut.
Memasuki fase eksplorasi siswa melaksanakan kegiatan diskusi tentang pengerjaan hitung yang melibatkan berbagai operasi hitung campuran yang ditapkan guru berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun. Guru memberi kesempatan untuk kerja kelompok. Guru mengingatkan siswa tentang proses menyelasaikan masalah yang mungkin ingin mereka terapkan. Dalam fase ini guru memberikan bimbingan terutama pada siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memanfaatkan pengetahuan awal mereka tentang berbagai operasi hitung campuran dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengerjaan hitung yang melibatkan berbagai operasi hitung campuran.
Ketika pembelajaran memasuki fase refleksi siswa diminta untuk melihat kembali kegiatan belajarnya dan menganalisis serta mendiskusikan apa yang telah mereka kerjakan baik dengan kelompok – kelompok lain maupun dengan guru. Guru memberikan bantuan dalam fase ini dengan pertanyaan dan komentar yang dirancang untuk mengaitkan eksplorasi dengan konsep kuncinya.
Pada fase aplikasi dan diskusi guru meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan berbagai temaun dan menarik kesimpulan tentang pengerjaan hitung yang melibatkan berbagai bentuk.. Kegiatan tersebut diulangi lagi pada pertemuan kedua yang di akhiri dengan evaluasi. Pada siklus kedua kegiatan berlangsung berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama . Fokus perbaikan adalah meningkatkan hasil belajar siswa yang belum tuntas dalam kegiatan perbaikan siklus I. Siklus ke II kegiatan dilakukan dalam dua kali pertemuan.
Hasil pengamatan guru dan observer menunjukkan pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus pertama dan kedua terlihat para siswa sangat antusias dalam kegiatan eksplorasi, mengajuka pertanyaan dan memberika laporan hasil saat diskusi.
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas di atas prosentase ketercapaian pada siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model CPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 3 Sumpiuh pada mata pelajaran Matematika Kompetensi Dasar Operasi Hitung Campuran.

BAB III PTK Matematika CPS

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Subjek Penelitian
Perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan penulis adalah Mata pelajaran Matematika yang dilaksanakan di SD Negeri 3 Sumpiuh, Kecamatan Sumpiuh, Kabupaten Banyumas, yang terletak di jalan Grumbul Jatilarangan Sumpiuh.
SD Negeri 3 Sumpiuh didirikan pada tahun 1982. Jumlah siswa pada tahun pelajaran 2009 / 2010 adalah 228, yang terdiri dari 126 siswa laki – laki dan 102 siswa perempuan. Dari seluruh siswa tersebut SD Negeri 3 Sumpiuh mempunyai 6 rombongan belajar, yaitu kelas I sampai kelas VI yang masing – masing memiliki satu kelas kecuali kelas I dan II yang ruangannya masih bersatu sehingga harus bergantian. Sedangkan kelas yang penulis teliti adalah siswa kelas IV dengan jumlah siswa 27, terdiri dari 12 laki – laki dan 15 perempuan. SD Negeri 3 Sumpiuh memiliki 1 orang kepala sekolah, 6 orang guru kelas, 1 guru agama Islam, 1 guru olah raga, 1 guru bahasa inggris, dan 1 orang penjaga sekolah.
Latar belakang pendidikan orang tua siswa sebagian besar tamatan SD, pekerjaan utamanya sebagian besar buruh tani dan pedagang. Bahasa yang digunakan siswa pada waktu di rumah dan dalam pergaulan di sekolah adalah bahasa jawa dan agama yang dianut adalah 99% agama islam. Dari latar belakang tersebut dapat dilihat bahwa kehidupan penduduk desa Sumpiuh masih dalam taraf pra sejahtera, sehingga dapat tergolong ekonomi lemah. Dengan demikian perhatian orang tua terhadap pendidikan terasa kurang maksimal, mereka sibuk mencari nafkah kadang harus keluar kota Sumpiuh. Namun, dengan keadaan yang demikian tidak mengurangi semangat putra – putrinya untuk bersekolah.


Deskripsi Per Siklus
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang dikemas dalam bentuk metode penelitian kelas (Class Action Research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal – hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain: catatan guru, catatan siswa, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, melakukan tindakan, observasi, dan refleksi. Refleksi dalam tiap siklus, dan akan berulang kembali pada siklus – siklus berikutnya. Prosedur pelaksanaan PTK tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Wardhani 2006:24):






`





Gambar 3.1 Tahap – tahap Dalam PTK
Sumber : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Buku Materi Pokok IDIK 4420 PTK
Mengacu kepada pendapat pakar pendidikan tersebut, maka prosedur pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang diterapkan melalui Penelitian Tindakan Kelas dijalankan sesuai proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahapan tersebut. Pada tahapan tindakan (acting) dilaksanakan dua kali pertemuan pada setiap siklusnya. Untuk mengupayakan terjadinya keterkaitan antara kegiatan perbaikan pembelajaran dalam dua siklus, maka hasil refleksi pada siklus yang telah dilaksanakan akan digunakan sebagai acuan untuk merevisi rencana perbaikan pada siklus selanjutnya.
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :



















Gambar 3.2 Proses Pengkajian Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Panduan Penulisan Laporan Perbaikan Pembelajaran PTK UPBJJ UT Purwokerto Tahun 2006
Setelah siklus tersebut berlangsung sebanyak dua kali dengan tiap siklus dilakukan dua kali pertemuan, mungkin perbaikan pembelajaran yang diinginkan sudah terjadi, dalam hal ini daur PTK dengan tujuan perbaikan pembelajaran yang direncanakan sudah berakhir. Namun biasanya akan muncul permasalahan baru. Ketika permasalahan yang baru muncul, maka akan dipecahkan melalui daur PTK, yang secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini:





















Gambar 3.3 Alur Penelitian Tindakan Kelas
Sumber : Panduan Penulisan Laporan Perbaikan Pembelajaran PTK
UPBJJ UT Purwokerto Tahun2006
Keterangan gambar:
Alur penelitian tindakan kelas secara ringkas mencakup langkah – langkah sebagai berikut: Pada saat peneliti belum melaksanakan penelitian tindakan kelas, penliti menetapkan ide awal sebagai upaya untuk mengidentifikasi masalah, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran menjadi bermutu. Kemudian peneliti mengadakan studi pendahuluan. Dari hasil tes diagnosik diperoleh data awal yang selanjutnya peneliti diskusikan dengan teman sejawat, maka ditetapkanlah tindakan siklus I. Dalam siklus I pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilakukan dalam dua kali pertemuan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil perbaikan yang maksimal. Karena pada siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan maka dilanjutkan proses perbaikan pembelajaran denagn mengadakan revisi terhadap RPPP (Rencana Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran) siklus I dan menetapkan siklus II. Dalam siklus II tindakan juga dilakukan dalam dua kali pertemuan. Jika pada siklus II diperkirakan telah mencapai kriteria keberhasilan maka perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dianggap sudah selesai. Aspek yang diamati dalam setaip siklusnya adalah kegiatan siswa saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran matematika kompetensi dasar operasi hitung campuran dengan penggunaan model CPS pemahaman siswa dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan di atas.
Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan haisl.
Instrumen yang dipakai berbentuk: soal tes, lembar kerja siswa (LKS), observasi, dan catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.



Informasi Observer
Prosedur pelaksanaan PTK dilaksanakan dalam dua siklus perbaikan, dengan tiap siklus menggunakan dua kali tindakan.
Dalam pelaksanaan penelitian dibantu oleh:
Nama : Tusiah, SPd. SD
NIP : 19670821 199403 2 006
Pekerjaan: Guru Kelas
Unit Kerja: SD Negeri 3 Sumpiuh
Tugas : Mengobservasi Kegiatan Perbaikan Pembelajaran Matematika Kelas IV
Data dan Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis data
Data yang dikumpulkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Kedua data tersebut berkaitan erat dengan masalah yang diteliti. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari catatan dokumen yang berupa hasil nilai tes formatif dan nilai LKS dalam bentuk angka, sedangkan data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan catatan lapangan.
b. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1.Observasi
Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas serta partisipasi yang ditunjukkan siswa pada saat proses kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan serta berupa catatan lapangan.
2.Metode Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa dengan cara bertanya secara langsung kepada siswa bagaimana pendapat mereka tentang penerapan model Creative Problem Solving (CPS) dalam pembelajaran matematika. Wawancara ini dilakukan berdasarkan pada pedoman wawancara yang telah disusun.
3.Metode Dokumentasi
Studi dokumen dilakukan dengancara mengumpulkan hasil tes yang telah diberikan.
4.Angket
Angket yang telah dipersiapkan dibagikan kepada semua siswa, kemudian diisi oleh siswa.
5.Tes
Soal tes yang telah dibuat diberikan kepada siswa kemudian diselesaikan secara individu.
c.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.Lembar Observasi
Berdasarkan aspek – aspek partisipasi yang telah dibahas sebelumnya, maka partisipasi siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi:
a.Mengajukan pertanyaan jika ada hal – hal yang belum jelas.
b.Menjawab pertanyaan – pertanyaan yang diajukan.
c.Mengerjakan tugas secaa tuntas.
d.Ikut serta dalam diskusi.
e.Mencatat materi pelajaran.
f.Mengerjakan soal di papan tulis.
g.Mengerjakan tes secara individu.
h.Menyimpulkan materi pelajaran di akhir pertemuan.
2.Pedoman Wawancara
Instrumen wawancara disusun untuk menanyakan dan mengetahui hal – hal yang tidak dapat atau kurang jelas diamati pada saat observasi. Selain itu juga untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tanya jawab tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
3.Dokumentasi
Instrumen dokumen digunakan untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran dan untuk memperkuat data yang diperoleh. Dokumen – dokumen tersebut berupa hasil tes yang dilaksanakan pada akhir pertemuan dan akhir siklus. Hasil tes berfungsi untuk menunjukkan seberapa besar daya serap dan pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang disampaikan.
4.Angket
Angket digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh berdasarkan lembar observasi dan hasil wawancara terutama mengenai respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan model creative problem solving (CPS) dalam pembelajaran.
5.Tes Hasil belajar
Terdapat dua tes yang diberikan kepada siswa, yaitu:
a.Tes diberikan pada akhir pertemuan yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar daya serap dan pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang disampaikan. Tes ini dikerjakan oleh siswa secara individu dan skor yang diperoleh akan ditambahkan sebagai skor keompok.
b.Tes diberikan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus.Yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar matematika siswa setelah menggunakan model creative problem solving (CPS) dalam pembelajaran.
d.Sumber Data
Adapun pihak – pihak yang dapat dimintai keterangan dalam pengumpulan data adalah:
Siswa
Siswa merupakan sumber utama dalam penelitian tindakan kelas.
Teman guru dan kepala sekolah
Teman guru dan kepala sekolah merupakan sumber yang dapat membantu peneliti dalam pengumpulan data siswa di sekolah.
Orang tua siswa
Orang tua siswa merupakan sumber yang dapat membantu peneliti dalam pengumpulan data siswa di rumah.
e. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa lembar observasi dalam proses pembelajaran, angket siswa pada akhir siklus, hasil wawancara yang dilaksanakan dengan siswa pada akhir siklus dan tes hasil belajar.
Analisis data observasi
Data observasi yang diperoleh dihitung kemudian dipresentase. Dengan demikian dapat diketahui sejauh mana peningkatan yang dicapai dalam pembelajaran. Hasil analisis data observasi kemudian disajikan secara deskriptif.
Analisis data angket
Setiap butir pernyataan angket dikelompokkan sesuai dengan aspek yang diamati, kemudian dihitung jumlah skor pada setiap butir. Jumlah hasil skor yang diperoleh dipersentase dan dikategorikan sesuai dengan kualifikasi hasil angket partisipasi siswa.
Analisis hasil wawancara
Hasil wawancara dengan siswa dianalisis secara kualitatif deskriptif untuk melengkapi dari hasil angket sehingga diperoleh data mengenai respon siswa terhadap pembelajaran secara lebih akurat.
Analisis hasil tes belajar
a. Hasil tes belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir pertemuan ditambahkan pada skor kelompok. Nilai yang diperoleh merupakan nilai yang ditambahkan pada skor kelompok. Jika nilai yang diperoleh tinggi, maka nilai yang ditambahkan juga tinggi, dan jika nilai yang diperoleh rendah, maka nilai yang ditambahkan juga rendah.
b. Hasil tes belajar siswa pada akhir siklus juga dihitung nilai rata – ratanya. Hasil tes pada akhir siklus I dibandingkan dengan siklus II. Jika mengalami kenaikan maka diasumsikan model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran creative problem solving (CSP) dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran
Sesuai dengan gagasan yang ditentukan, maka penulis mengembangkan penelitian ini berupa prosedur kerja dalam penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas.
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:

Jadwal Pelaksanaan perbaikan Pembelajaran Matematika


NO SIKLUS SD / KELAS HARI / TANGGAL WAKTU
1 I SD N 3 Sumpiuh
Kelas IV Senin dan Kamis, 19 dan 20 Oktober 2009 09.00 – 10.10 WIB
2 II SD N 3 Sumpiuh
Kelas IV Senin dan Kamis, 26 dan 29 Oktober 2009 07.00 – 08.10 WIB

Siklus I
A. Perencanaan
Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
Merencanakan Pelaksanaan Pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
Menetapkan Standar Kompetensi Dasar sebagai berikut:
a. Standar Kompetensi
Bilangan
1. Memahami dan Menggunakan Sifat – sifat Operasi Hitung Bilangan dalam pemecahan masalah.
b. Kompetensi Dasar
Melakukan Operasi Hitung Campuran
c. Indikator
Menentukan aturan operasi hitung campuran dan menggunakannya dalam memecahkan masalah.
d. Waktu
Senin dan Kamis, 19 dan 20 Oktober 2009
Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.
Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).
Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
Menyusun lembar kerja siswa.
Mengembangkan format evaluasi.
Mengembangkan format observasi pembelajaran.
Tujuan Pembelajaran.
a. Tujuan Umum
Siswa mampu memahami aturan langkah penyelesaian pemecahan masalah operasi hitung campuran.
b. Tujuan Khusus
Melalui kegiatan CPS dan diskusi siswa dapat :
1. Mengidentifikasi Operasi hitung campuran.
Menjelaskan cara atau langkah – langkah pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Melakukan pemecahan masalah operasi hitung campuran.

c. Tujuan Perbaikan Pembelajaran.
Meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
Meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
Meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung campuran.
B. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan pertama
a. Kegiatan Pendahuluan (5 menit)
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh konsentrasi. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa: 1. Siapa yang pernah berbagi roti dengan orang lain?
2. Siapa yang suka menabung uang?
3. Induk ayam bertelur 20 butir, yang menetas hanya 11. Berapakah jumlah telur ayam yang tidak menetas?
b. Kegiatan Inti (50 menit)
Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran. Guru menjelaskan dengan metode tanya jawab kepada siswa tentang langkah pengerjaan operasi hitung campuran, siswa menjawab setiap pertanyaan guru yang berkaitan dengan operasi hitung campuran. Guru memberi pujian dengan mengacungkan jempol setiap kali siswa menjawab dengan benar. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4 – 5 orang anak. Guru membagikan LKS sebagai bahan diskusi bagi siswa. Dengan berdiskusi kelompok, Siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran. Masing – masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Guru menggaris bawahi jawaban siswa yang benar dan melakukan koreksi terhadap hasil diskusi yang belum tepat.
c. Kegiatan Penutup (15 menit)
Guru memberiakan tes formatif kepada siswa. Mengoreksi dan Menganalisis jawaban siswa. Di akhir pembelajaran guru memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja terbaik dan juga kepada seluruh kelas atas usaha mereka memecahkan masalah dalam pembelajaran.
Pertemuan Kedua
Kegiatan pendahuluan (5 menit)
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh konsentrasi. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa:
1. Bapak Andi memanen rambutan berjumlah 135, yang busuk 10 biji, dimakan oleh adik 5. sesampai dirumah rambutan tersebut dibagikan kepada 4 tetangganya. Berapakah yang diterima setiap tetangga pak Andi?
2. Wati mempunyai karet gelang 29, diminta adik 5. Berapa sekarang gelang yang dimiliki Wati?
Kegiatan inti (50 menit)
Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran. Guru menjelaskan dengan metode tanya jawab kepada siswa tentang langkah pengerjaan operasi hitung campuran, siswa menjawab setiap pertanyaan guru yang berkaitan dengan operasi hitung campuran. Guru memberi pujian dengan mengacungkan jempol setiap kali siswa menjawab dengan benar. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4 – 5 orang anak. Guru membagikan LKS sebagai bahan diskusi bagi siswa. Dengan berdiskusi kelompok, Siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran. Masing – masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Guru menggaris bawahi jawaban siswa yang benar dan melakukan koreksi terhadap hasil diskusi yang belum tepat.


Kegiatan penutup (15 menit)
Guru memberiakan tes formatif kepada siswa. Mengoreksi dan Menganalisis jawaban siswa. Di akhir pembelajaran guru memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja terbaik dan juga kepada seluruh kelas atas usaha mereka memecahkan masalah dalam pembelajaran.

Sikus II
Perencanaan
1. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I yang belum teratasi, dan penetapan alternatif pemecahan masalah. Adapun beberapa masalah yang muncul pada siklus I adalah:
a. Sebanyak 37 % siswa belum mampu untuk menyerap materi pelajaran dengan baik melalui kegiatan diskusi dan tanya jawab terhadap materi yang disajikan.
b. Ada 10 siswa dari 27 siswa yang belum tuntas belajar.
c. Tingkat psrtisipasi anak dalam kegiatan pembelajaran belum maksimal.
2. Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar.
3. Pengembangan program tindakan silklus II dengan merevisi RPPP siklus pertama.
Pelaksanaan program tindakan pertama pada siklus II mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain meliputi:
a. Standar Kompetensi
Bilangan
1. Memahami dan Menggunakan Sifat – sifat Operasi Hitung Bilangan dalam pemecahan masalah.
b. Kompetensi Dasar
Melakukan Operasi Hitung Campuran
c. Indikator : Menentukan aturan operasi hitung campuran dan menggunakannya dalam memecahkan masalah.
d. Waktu
Senin dan Kamis, 26 dan 29 Oktober 2009
4. Memilih bahan pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar.
5. Menentukan skenario pembelajaran dengan model pembelajaran CPS.
6. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
7. Menyusun lembar kerja siswa.
8. Mengembangkan format evaluasi.
9. Mengembangkan format observasi pembelajaran.
10. Tujuan pembelajaran
a. Tujuan Umum
Siswa mampu memahami aturan langkah penyelesaian pemecahan masalah operasi hitung campuran.
b. Tujuan Khusus
Melalui kegiatan CPS dan diskusi siswa dapat :
Mengidentifikasi Operasi hitung campuran.
Menjelaskan cara atau langkah – langkah pemecahan masalah operasi hitung campuran.
Melakukan pemecahan masalah operasi hitung campuran.
c. Tujuan perbaikan pembelajaran
Meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
Meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran tentang sifat-sifat operasi hitung campuran.
Meningkatkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan operasi hitung campuran.
B. Langkah – langkah kegiatan pembelajaran
Pertemuan pertama
Kegiatan pendahuluan (5 menit)
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh konsentrasi. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa:
Kegiatan Inti (50 menit)
Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran. Guru menjelaskan dengan metode tanya jawab kepada siswa tentang langkah pengerjaan operasi hitung campuran, siswa menjawab setiap pertanyaan guru yang berkaitan dengan operasi hitung campuran. Guru memberi pujian dengan mengacungkan jempol setiap kali siswa menjawab dengan benar. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4 – 5 orang anak. Guru membagikan LKS sebagai bahan diskusi bagi siswa. Dengan berdiskusi kelompok, Siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran. Masing – masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Guru menggaris bawahi jawaban siswa yang benar dan melakukan koreksi terhadap hasil diskusi yang belum tepat.
Kegiatan Penutup (15 menit)
Guru memberiakan tes formatif kepada siswa. Mengoreksi dan Menganalisis jawaban siswa. Di akhir pembelajaran guru memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja terbaik dan juga kepada seluruh kelas atas usaha mereka memecahkan masalah dalam pembelajaran.
Pertemuan kedua
Kegiatan Awal ( 5 menit)
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti kegiatan pembelajaran dengan penuh konsentrasi. Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa.

Kegiatan Inti (50 menit)
Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran. Guru menjelaskan dengan metode tanya jawab kepada siswa tentang langkah pengerjaan operasi hitung campuran, siswa menjawab setiap pertanyaan guru yang berkaitan dengan operasi hitung campuran. Guru memberi pujian dengan mengacungkan jempol setiap kali siswa menjawab dengan benar. Guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 4 – 5 orang anak. Guru membagikan LKS sebagai bahan diskusi bagi siswa. Dengan berdiskusi kelompok, Siswa diharapkan dapat menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan operasi hitung campuran. Masing – masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. Guru menggaris bawahi jawaban siswa yang benar dan melakukan koreksi terhadap hasil diskusi yang belum tepat.
Kegiatan Penutup (15 menit)
Guru memberiakan tes formatif kepada siswa. Mengoreksi dan Menganalisis jawaban siswa. Di akhir pembelajaran guru memberi penghargaan pada kelompok dengan kinerja terbaik dan juga kepada seluruh kelas atas usaha mereka memecahkan masalah dalam pembelajaran.

C. Pengamatan (Observasi)
1. Observer melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal – hal yang diperlikan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan pada siklus II berlangsung.
2. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

D. Refleksi
1. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
2. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II.
3. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap tindakan pada siklus II dari data yang terkumpul, baik dari hasil formatif siswa, lembar kerja siswa, maupun catatan perilaku siswa yang relevan dengan pembelajaran diperoleh data peningkatan yang cukup signifikan. Dari 27 siswa hanya tinggal 5 siswa yang belum tuntas belajar, dengan kriteria ketuntasan minimal penguasaan materi 70%. Dengan demikian pelaksanaan perbaikan pada siklus II dinyatakan telah tuntas karena secara klasikal telah memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu lebih dari 81 % siswa telah mencapai penguasaan materi minimal 70 %.
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil adalah dengan berhasilnya siswa dalam menyelesaikan masalah – masalah yang diberikan guru tentang operasi hitung campuran dengan kegiatan diskusi dan tanya jawab dengan sumber belajar yang telah difasilitasi oleh guru, serta nilai tes formatif siswa pada siklus II meningkat.
Kegiatan pembelajaran dengan model creative problem solving (CPS) lebih menyenangkan, meningkatkan minat atau motivasi siswa, aktivitas, kerjasama, partisipasi dan prestasi belajar siswa semakin meningkat karena siswa dihadapkan langsung dalam proses pemecahan masalah.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang direkam dalam catatan observer dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan model creative problem solving (CPS). Jumlah siswa yang tuntas belajar sampai siklus II menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan, dari 27 sisawa hanya 5 siswa yang belum tuntas belajar, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.

BAB II PTK Matematika CPS

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kerangka teori
Pembelajaran Matematika
Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan dengan membaca dan menggunakan pengalaman sebagai pengetahuan yang memandu perilaku pada masa yang akan datang. Belajar merupakan serangkaian jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Syaiful Bahri Djamarah, 2002: 13). Bell-Gredler (1986:1) menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skills), dan sikap (attitudes). Fontana (1981), mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Menurut Winkel (2004: 59) belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan – pemahaman, keterampilan dan nilai – nilai sikap. Pakar psikologi melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis individu dalam interaksinya dengan lingkungan secara alami. Pakar pandidikan melihat perilaku belajar sebagai proses psikologis – pedagogis yang ditandai dengan adanya interaksi individu dengan lingkungan belajar yang disengaja diciptakan.
Ciri – ciri belajar antara lain Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu. Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Ketiga, perubahan tersebut relatif menetap.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari kata ”instruction”. Menurut Gagne, Briggs, dan Wager (1992), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Instruction is a set of events that affect learners in such a way that learning is facilitated. (Gagne, Briggs, dan Wager, 1992, hal. 3). Pasal 1 butir 20 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, yakni “ Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004:1)
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen) Nomor 23 tahun 2006 disebutkan bahwa mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengkomunikasikan gagasan dalam simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri – ciri pembelajaran antara lain pertama, adanya inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Kedua, adanya interaksi yang sengaja diprogramkan. Ketiga, adanya komponen tujuan, materi, kegiatan, dan evaluasi pembelajaran yang saling berkaitan satu sama lain. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran tertentu. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaaan pendekatan, strategi, metode, dan teknik dan media dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Macam – macam model pembelajaran antara lain model pengkondisian operant dari B.F. Skinner, model kondisi belajar dari Robert Gagne-Briggs, model pemrosesan informasi, model perkembangan kognitif dari Jean Piaget, model belajar sosial dari Albert Bandura, model atribusi dari Bernard Weiner, model creative problem solving dari George Polya.
Fungsi pembelajaran matematika (Erman Suherman, 2003: 56) adalah sebagai:
Alat
Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan suatu informasi.
Pola pikir
Belajar matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di antara pengertian – pengertian itu.
Ilmu dan pengetahuan
Matematika selalu mencari kebenaran, dan bersedia meralat kebenaran yang sementara diterima.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang bersifat jamak atau ganda yang meliputi unsur – unsur kecerdasan matematik, lingual, musikal, visual – spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan natural.
Kecerdasan matematika adalah kemampuan akal peserta didik untuk menggunakan angka – angka secara efektif dan berfikir secara nalar. Kecerdasan ini mencakup kepekaan terhadap pola – pola logis dan hubungannya, pernyataan – pernyataan, proporsi: jika – maka, sebab – akibat, fungsi – fungsi dan abstrak – abstrak yang saling berkaitan. Kecerdasan matematik memuat kemampuan peserta didik dalam berfikir secara induktif dan deduktif menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola angka – angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir atau penalaran. Peserta didik dengan kecerdasan matematik yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berfikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut. Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan berfikir aktif, seperti catur dan bermain teka – teki.
Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmetika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmetika. Aritmetika hanya merupakan bagian dari matematika. Bidang studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang, yaitu aritmetika, aljabar, dan geometri. Menurut Dali S. Naga (1980:10), aritmetika atau berhitung adalah cabang matematika yang berkenaan dengan sifat hubungan - hubungan bilangan – bilangan nyata dengan perhitungan mereka terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Definisi matematika
a. Johnson dan Myklebust (1967:244). Matematika adalah bahasa simbol yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan – hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoretisnya adalah untuk memudahkan berfikir.
b. Lerner (1988:430). Matematika disamping sebagai bahasa simbol juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
c. Kline (1981:172). Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif.
d. Paling (1982:1). Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan – hubungan.
Dari definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa matematika mempunyai pengertian yang berbeda – beda, tergantung dari sudut pandang yang ditinjau.
Beberapa dasar – dasar teori belajar yang dapat diterapkan untuk pengembangan dan atau perbaikan pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Teori Thorndike
Teori Thondike desebut teori penyerapan, yaitu teori yang memandang peserta didik sebagai selembar kertas putih, penerima pengetahuan yang siap menerima pengetahuan secara pasif. Menurut Thorndike (1924), belajar dikatakan:
”learning in esentially the formation of connections or bonds between situations and responses... and that habit rules in the realm of thought as truly and as fully in the realm of action”. Thorndike (1924).
Pada prinsipnya teori Thorndike menekankan banyak memberi praktik dan latihan (drill and practice) kepada peserta didik agar konsep dan prosedur dapat mereka kuasai dengan baik.

Teori Ausebel
Teori makna (meaning theory) dari Ausebel (Brownell dan Chanal) mengemukakan pentingnya pembelajaran bermakna dalam mengajar matematika. Kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih bermanfaat, dan lebih menantang, sehingga konsep dan prosedur matematika akan lebih mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh peserta didik. Teori ini juga disebut teori holistic karena mempunyai pandangan pentingnya keseluruhan dalam mempelajari bagian – bagian.
Teori Jean Piaget
Teori perkembangan intelektual dari Jean Piaget menyatakan bahwa kemampuan intelektual anak berkembang secara bertingkat atau bertahap, yaitu sensori motor (0-2 tahun), pra-operasional (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun), dan operasional (≥11 tahun). Teri ini merekomendasikan perlunya mengamati tingkatan perkembangan intelektual anak sebelum suatu bahan pelajaran matematika diberikan, terutama untuk menyesuaikan “keabstrakan” bahan matematika dengan kemampuan berfikir abstrak anak pada saat itu.
Teori Vygotsky
Teori Vygotsky berusaha mengembangkan model konstruktivistik belajar mandiri dari Piaget menjadi belajar kelompok. Dalam membangun sendiri pengetahuannya, peserta didik dapat memperoleh pengetahuan melalui kegiatan yang beraneka ragam dengan guru sebagai fasilitator.
Teori Jerome Bruner
Teori Jerome Bruner berkaitan dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara bertahap mulai dari sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak. Bruner menyebut tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu enactive (manipulasi objek langsung), iconic (manipulasi objek tidak langsung), dan symbolic (manipulasi simbol).
Teori George Polya
George Polya (dalam posamentier) menyebutkan teknik heuristic (bantuan untuk menemukan), meliputi understand the problem, devise a plan, carry out the plan, dan look back.
Teori Van Hiele (hierarkis belajar geometri)
Teori Van Hiele menyatakan bahwa eksistensi dari lima tingkatan yang berbeda tentang pemikiran geometric, yaitu level 0 (visualisasi), level 1 (analisis), level 2 (deduksi informal), level 3 (deduksi), dan level 4 (rigor).
RME (realistic mathematics education)
Teori ini dimaksudkan untuk memulai pembelajaran matematika secara konstektual, yaitu mengaitkannya dengan situasi dunia nyata di sekitar siswa atau keadaan kehidupan sehari – hari. Teori ini dikembangkan oleh Freudenthal dan Treffers.
Peta Konsep
Peta konsep merupakan implementasi pembelajaran bermakna dari Ausebel, yaitu kebermaknaan yang ditunjukkan dengan bagan atau peta, sehingga hubungan antara konsep menjadi jelas, dan keseluruhan konsep teridentifikasi.
Menurut Liebeck (1982:12) ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning). Berdasarkan hasil matematika semacam itu maka Lerner (1988:430) mengemukakan bahwa kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen yaitu konsep, keterampilan, dan pemecahan masalah.
Ada beberapa model yang bisa dipakai dalam pembelajaran matematika, antara lain:
Urutan belajar yang bersifat perkembangan (development learning sequences).
Belajar tuntas (matery learning).
Strategi belajar (learning strategies).
Penyelidikan matematis (mathematics investigation).
Penemuan terbimbing.
Kontextual learning.
Kreativitas Pemecahan masalah (creative problem solving).

2. Kreativitas Pemecahan masalah ( creative problem solving)
Pengertian masalah
Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan (chalange) yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin (routine procedure) yang sudah diketahui oleh pelaku (menurut Cooney dalam Fadjar Shadiq, 2004:10). Definisi di atas mengandung implikasi bahwa suatu masalah harus mengandung adanya ”tantangan” dan ”belum diketahuinya prosedur rutin”. Prosedur rutin di sini adalah soal yang penyelesaiannya sudah bisa ditebak, diketahui rumusnya, dan hanya dengan satu atau dua langkah soal sudah terselesaikan. Tidak semua pertanyaan merupakan suatu masalah. Bagi seseorang suatu pertanyaan bisa menjadi suatu masalah sedang bagi orang lain tidak.
Bila ditinjau dari kompleksitas masalah, Polya (dalam Hery Susanto, 2008:3) mengklasifikasikan masalah dalam matematika sebagai berikut:
One rule under your nose, jenis masalah yang dapat diselesaikan secara mekanis oleh suatu aturan yang baru saja disajikan.
Appication with some choice , jenis masalah yang dapat diselesaikan dengan menerapkan suatu aturan atau prosedur yang diberikan pada kelas sebelumnya.
Choice of combination, jenis masalah yang memerlukan pemecahan masalah dengan mengkombinasikan dua atau lebih aturan.
Approaching research level, jenis masalah yang memerlukan suatu kombinasi yang aneh dari aturan – aturan atau contoh namun masalah tersebut memiliki banyak cabang dan memerlukan kemandirian serta penggunaan penalaran tingkat tinggi yang cermat.
Kreativitas Pemecahan Masalah
Kreativitas pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal (Suwarkono, 2004:1). Model kreativitas pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan (menurut Sriyono dalam Suprapto, 2004:19). Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda. Ciri utama pemecahan masalah dalam matematika adalah adanya masalah yang tidak rutin (non – routine problem). Masalah seperti ini dirancang atau dibuat agar siswa tertantang untuk menyelesaikan. Meskipun peserta didik awalnya mengalami kesulitan mengerjakan pemecahan masalah karena tidak ada aturan, prosedur atau langkah – langkah yang segera dapat digunakan, mereka menjadi terbiasa dan cerdas memecahkan masalah setelah mereka memperoleh banyak latihan. Banyak manfaat dari pengalaman memecahkan masalah, antara lain adalah peserta didik menjadi kreatif dalam berfikr, kritis dalam menganalisis data, fakta, dan informasi, mandiri dalam bertindak dan bekerja.
Sasaran utama kreativitas pemecahan masalah adalah soal yang mempunyai banyak selesaian (multiple solusion), soal yang diperluas (extending problem), dan soal yang mempunyai banyak cara menyelesaikan (multiple methods of solution). Kohesi (2000) mengungkapkan tiga kegiatan dalam pemecahan masalah, yaitu solving problem, posing problem, exploring open – ended problem.
Dalam kreativitas pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan seluas – luasnya untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.
Langkah – langkah menyelesaikan masalah
Menurut Polya (dalam Mumun Syaban, 2008:2), ada empat langkah dalam menyelesaikan masalah yaitu:
Memahami masalah
Pada kegiatan ini yang dilakukan adalah merumuskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, apakah informasi cukup, kondisi (syarat) apa yang harus dipenuhi, menyatakan kembali masalah asli dalam bentuk yang lebih operasional (dapat dipecahkan).
Merencanakan pemecahannya
Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini adalah mencoba mencari atau mengingat masalah yang pernah diselesaikan yang memiliki kemiripan dengan sifat yang akan dipecahkan, mencari pola atau aturan, menyusun prosedur penyelesaian.
Melaksanakan rencana
Kegiatan pada langkah ini adalah menjalankan prosedur yang telah dibuat pada langkah sebelumnya untuk mendapatkan penyelesaian.
Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian
Kegiatan pada langkah ini adalah menganalisis dan mengevaluasi apakah prosedur yang diterapkan dan hasil yang diperoleh benar, apakah ada prosedur lain yang lebih efektif, apakah prosedur yang dibuat dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah sejenis, atau apakah prosedur dapat dibuat generalisasinya.
Pengajuan masalah merupakan langkah kelima setelah empat langkah Polya dalam pemecahan masalah matematika (Gonzales, 1996). Berkaitan dengan pandangan ini, Brown dan Walter (1993) menjelaskan bahwa dengan melihat tahap – tahap kegiatan antara pengajuan dan pemecahan masalah, maka pada dasarnya pembelajaran dengan pengajuan masalah matematika merupakan pengembangan dari pembelajaran dengan pemecahan masalah matematika. Dukungan lain mengenai keeratan hubungan antara kedua model yang dimaksud di atas adalah tuntutan kemampuan siswa untuk memahami masalah, merencanakan dan menjalankan strategi penyelesaian masalah. Ketiga langkah tersebut juga merupakan langkah – langkah dalam pembelajaran dengan model pengajuan masalah matematika (Silver. Et. Al., 1996). Selain itu Cars (dalam Sutawidjaja, 1998) menegaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika, maka salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membiasakan siswa mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan matematika sesuai dengan situasi yang diberikan oleh guru.
Model kreativitas pemecahan masalah
Menurut Polya dan Pasmep (dalam Fajar Shadiq: 2004:13) beberapa cara pemecahan masalah antara lain:
Mencoba – coba
Cara ini biasanya digunakan untuk mendapatkan gambaran umum pemecahan masalah (trial and error). Proses mencoba – coba ini tidak akan selalu berhasil, adakalanya gagal. Proses mencoba – coba dengan menggunakan suatu analisis yang tajam sangat dibutuhkan pada penggunaan cara ini.
Membuat diagram
Cara ini berkait dengan pembuatan sket atau gambar untuk mempermudah memahami masalah dan mempermudah mendapatkan gambaran umum penyelesaiaannya. Dalam cara ini, hal – hal yang diketahui tidak sekedar dibayangkan namun dapat dituangkan ke atas kertas.
Mencobakan pada soal yang lebih sederhana
Cara ini berkait dengan penggunaan contoh – contoh khusus yang lebih mudah dan lebih sederhana, sehingga gambaran umum penyelesaiaan masalah akan lebih mudah dianalisis dan akan lebih mudah ditemukan.
Membuat tabel
Strategi ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan atau jalan pikiran, sehingga segala sesuatunya tidak hanya dibayangkan saja.
Menemukan pola
Cara ini berkait dengan pencarian keteraturan – keteraturan. Keteraturan yang sudah diperoleh akan lebih memudahkan untuk menemukan penyelesaian masalahnya.
Memecah tujuan
Cara ini berkait dengan pemecahan tujuan umum yang hendak dicapai. Tujuan pada bagian ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya.
Memperhitungkan setiap kemungkinan
Cara ini berkait dengan penggunaan aturan – aturan yang dibuat sendiri oleh para pelaku selama proses pemecahan masalah berlangsung sehingga dapat dipastikan tidak akan ada satu alternatif yang terabaikan.
Berfikir logis
Cara ini berkaitan dengan penggunaan penalaran ataupun penarikan kesimpulan yang sah atau valid dari berbagai informasi atau data yang ada.
Bergerak dari belakang
Dalam cara ini proses penyelesaian masalah dimulai dari apa yang ditanyakan, bergerak menuju apa yang diketahui. Melalui proses tersebut dianalisis untuk dicapai pemecahan masalahnya.
Mengabaikan hal yang tidak mungkin
Menurut Davidoff (1988) terdapat dua faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah, yaitu hasil belajar sebelumnya dan derajat kewaspadaan.
Hasil belajar sebelumnya. Bila suatu pengalaman masa lalu dapat membantu kita untuk memecahkan masalah pada saat ini, maka peristiwa ini disebut transfer positif. Memang seringkali terjadi bahwa pengalaman masa lalu dapat memperkaya kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Dalam transfer positif ini dikatakan bahwa seorang individu pada masa lalunya telah membentuk semacam perangkat belajar atau dapat dikatakan bahwa mereka telah mempelajari apa – apa yang harus dipelajari. Derajat kewaspadaan (arousal). Dalam pemecahan masalah seringkali juga membutuhkan adanya peranan dari derajat kewaspadaan (arousal), karena dalam kehidupan sehari – hari kita dalam menghadapi persoalan atau mempelajari sesuatu hal seringkali membutuhkan perangsangan terlebih dahulu. Perangsangan itu antara lain adalah pemusatan perhatian, emosi, kebutuhan, dan alasan – alasan lainnya.
Model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang memusatkan pada pengajaran dan keterampilan memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan (K.L. Pepkin, 2004:1). Adapun proses dari model pembelajaran CPS, terdiri dari langkah – langkah sebagai berikut:
Klarifikasi masalah
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini siswa dibebasakan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah.
Evaluasi dan pemilihan
Pada tahap evaluasi dan pemilihan, setiap kelompok mendiskusikan pendapat atau strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah.
Implementasi
Pada tahap ini siswa menentukan cara mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. (Pepkin, 2004:2).

Partisipasi Belajar
Partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegaitan (Made Pidarta, 1990: 33). Sedangkan menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia partisipasi adalah perihal turut berperan disuatu kegiatan; keikutsertaan; peran serta.
Moelyarto Tjokrowinoto yang dikutip oleh Suryosubroto (1997: 2780 mendefinisikan partisipasi sebagai penyetaraan mental dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi terciptanya tujuan – tujuan bersama, bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.
D. Sudjana (2000:55) menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif adalah ikut sertanya siswa dalam kegiatan pembelajaran.. Kegiatan peserta didik itu diwujudkan dalam tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu perencanaan program (program planning), pelaksanaan program (program implementation), dan penilaian program (program evaluation) kegiatan pembelajaran.

Hasil Belajar
Hasil belajar adalah gambaran tingkat kemampuan penguasaan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar (Christiana Demaja W.S. 2004). Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002: 141) hasil belajar adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Menurut Benjamin S. Bloom (1966:7) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 1991: 23). Menurut A. J. Romiszowski (1981:217) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemrosesan masukan (inputs).
Secara garis besar klasifikasi hasil belajar terbagi menjadi tiga ranah (Benyamin Bloom yang dikutip oleh Nana Sudjana, 1991:22), yaitu:
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan, ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c. Ranah psikomotoris
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan persetual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.
Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran (Nana Sudjana, 1991:23).

5. Faktor yang Mempengaruhi Hasil atau Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu siswa yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
a. Faktor-faktor Intern
Di dalam membicarakan faktor intern ini akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu:
1. Faktor Jasmani
a. Faktor Kesehatan
Agar orang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah.
b. Cacat tubuh
Keadaan cacat tubuh dapat mempengaruhi belajar siswa. Siswa yang cacat belajarnya juga akan terganggu.
c. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anaknya sudah siap (matang). (Herman Hudoyo, 1990:2).
2. Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:
a. Inteligensi
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi rendah.
b. Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu pun yang semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan objek. Untuk menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
c. Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya.
d. Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jadi, jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya itu.
e. Motivasi
Motivasi adalah tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Menurut W. S. Winkel (Tim MKDK 1992:33) “Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan memberi arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan”. Jadi dalam hal ini motivasi mempunyai peranan penting untuk menumbuhkan gairah, merasa senang, dan bersemangat melakukan aktivitas belajar dengan segenap energi yang dimiliki secara optimal.
f. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika anaknya sudah siap (matang). (Herman Hudoyo, 1990:2).
g. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau reaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.
3. Faktor Kelelahan
Kelelahan ini mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka hindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
b. Faktor-faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga faktor, yaitu:
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa:
a. Cara orang tua mendidik
b. Relasi antara anggota keluarga
c. Suasana rumah tangga, dan
d. Keadaan ekonomi keluarga
2. Faktor Sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, dan tugas rumah.
3. Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi kesulitan belajar anak antara lain:
a. Kegiatan siswa dalam masyarakat
b. Mass media
c. Teman bergaul
d. Bentuk kehidupan masyarakat
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Suprijono (1991:130), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1. Faktor dari dalam, meliputi:
a. Faktor jasmaniah atau fisiologis, misalnya pendengaran, penglihatan, struktur tubuh, dan sebagainya.
b. Faktor psikologis, antara lain:
1. Faktor intelektif, yang meliputi:
a. Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
b. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki
2. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.
c. Faktor kematangan fisik maupun psikis
2. Faktor dari luar, meliputi:
a. Faktor kematangan sosio, yang terdiri dari:
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat
4. Lingkungan kelompok
b. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan iklim.
Hipotesis
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:
2. Hipotesis atau alternatif tindakan I
”Guru menggunakan pendekatan pemecahan masalah, menerangkan langkah – langkah konsep kalimat matematika dengan memberi contoh – contoh konkret, menggunakan media manipulatif, mengaitkan materi dengan permasalahan sehari sehari siswa, memberi kesempatan bertanya dan berdiskusi pada siswa tentang operasi matematika dan memberi balikan secara langsung, sehingga keaktifan dan pemahaman siswa meningkat.”
2. Hipotesisi atau alternatif tindakan II
“Guru menjelaskan dengan menggunakan media manipulatif, meminta siswa menjelaskan langkah – langkah penyelesaiaan kalimat matematika serta merubah soal cerita tersebut berkait dengan permasalahan kehidupan sehari – hari siswa, mendiskusikan masalah dalam kelompok dan memberi balikan sehingga keaktifan dan kemampuan memahami konsep matematika dapat meningkat. “

Kerangka berfikir
Selama ini masih banyak guru yang mendesain siswa untuk menghafal seperangkat fakta yang diberikan oleh guru. Seolah – olah guru sebagai sumber utama pengetahuan. Setiap guru di kelasnya menghadapi siswa – siswa yang berbeda – beda satu sama lain, tidak seorangpun yang sama. Dalam kegiatan belajar mendapatkan pengetahuan masing – masing anak memiliki cara yang berbeda – beda, ada yang mengalami kesulitan atau masalah belajar ada yang tidak mengalami kesulitan belajar. Anak yang berkesulitan belajar cenderung pasif. Hasil penelitian Koppitz menunjukkan bahwa jika anak – anak berkesulitan belajar diberi waktu dan bantuan yang cukup mereka ternyata mampu mengerjakan tugas – tugas akademik secara baik, Lerner (1988:160). Kohlberg dan Gilligan yang dikutip oleh Gunarsa (1981:164) bahwa kesulitan pelajaran matematika karena adanya upaya untuk mengajarkan kepada anak yang masih berada pada tahapan operasi konkret dengan materi yang abstrak. Masih banyak guru dalam proses pembelajaran tidak menggunakan media benda konkret atau situasi yang nyata. Hal itu mengakibatkan kurangnya kreativitas berfikir dalam belajar yang dapat berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa.
Untuk dapat meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat memperoleh manfaat yang maksimal, baik dalam proses maupun hasil belajar siswa, guru harus dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang dapat memberi kesempatan seluas – luasnya kepada siswa untuk berkembang kreativitas proses berfikir siswa.
Model creative problem solving (CPS) adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa difikir, keterampilan memecahkan masalah memerlukan proses berfikir. Semakin banyak siswa dapat menyelesaikan setiap permasalahan matematika maka siswa akan kaya akan variasi dalam menyelesaikan soal – soal matematika dalam bentuk apapun, termasuk soal cerita. Bentuk soal matematika dalam SD berbentuk rutin ataupun tidak rutin.
Siswa yang mempunyai kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah matematika, besar kemungkinan akan mampu mengajukan masalah, soal atau pertanyaan matematika yang lebih berkualitas. Sebaliknya, bagi mereka yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah matematika yang kurang, kemungkinannya akan lebih banyak mengajukan masalah, soal, atau pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan atau respons mereka hanya berupa pernyataan.
Pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CPS diharapkan kreativitas dan pemahaman siswa dalam pembelajaran matematika akan meningkat sehingga akhirnya hasil belajar siswa juga meningkat pula.

Indikator dan kriteria keberhasilan
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah jika siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sebesar 70. Sedangkan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran operasi hitung campuran adalah tingkat keaktifan siswa selama pembelajaran.
Adapun secara klasikal kriteria keberhasilan diukur dengan kriteria sebagai berikut:
Proses perbaikan pembelajaran peningkatan hasil belajar siswa dinyatakan berhasil jika 75% siswa atau lebih dari jumlah siswa tuntas belajar, yaitu dengan mendapat nilai sesuai atau lebih dari 70.
Proses perbaikan pembelajaran peningkatan motivasi belajar siswa dinyatakan berhasil jika 70% siswa atau lebih dari jumlah siswa memiliki tingkat keaktifan belajar yang baik.