BAHAYA BID’AH
Oleh. Moh. Adi
Anggapan baik terhadap bid.ah berarti menganggap Islam seolah-olah belum sempurna
Syariat islam telah sempurna, sehingga tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah SWT berfirman: Pada hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah ku ridhoi islam sebagai agamamu..(Qs. Al- Maidah\3) Dan Nabi SAW tidaklah wafat kecuali telah menjelaskan seluruh perkara dunia dan agama yang dibutuhkan. Jika demikian, maka maksud perkataan atau perbuatan bidah dari pelakunya adalah bahwa agama ini seakan-akan belum sempurna, sehingga perlu untuk dilengkapi, sebab amalan yang diperbuatnya dengan anggapan dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT belum terdapat di dalamnya
Ibnu Majisyun berkata : Aku mendengar Imam malik berkata: Barang siapa yang membuat bidah dalam islam dan melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka Sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad SAW telah berkhianat, karena Allah SWT telah berfirman Dalam Al-qur.an , .pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamu.. Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama maka pada hari inipun bukan termasuk Agama..(Asy-syatibi dalam Al- I.tisam).
Amalan bid’ah tertolak (tidak di terima oleh Allah SWT )
Nabi SAW bersabda: .Barang siapa yang membuat hal yang baru dalam urusan agama kami ini sesuatu yang tidak ada didalamnya, maka ia tertolak.. (Bukhari Muslim) Sebagaimana maklum bahwa syarat di terimanya amalan adalah: ikhlas dan sesuai dengan sunnah. Ikhlas semata-mata karena mengharap ridha Allah SWT dan pahala di akhirat, bukan pujian atau balasan makhluk ataupun ucapan terima kasih yang ini adalah merupakan kandungan syahadat La ilaaha illallah. Sesuai dengan sunnah yaitu sesuai dengan perintah dan tuntunan Rasullullah SAW, bukan berdasarkan hawa nafsu dan bid.ah yang diada-adakan, yang hal ini merupakan kandungan syahadat Muhammad SAW. Dengan demikian amalan bid.ah itu kehilangan syarat kedua, dari dua syarat di terimanya amal.
Bid’ah…mengikuti hawa nafsu,
Sebagaimana perkataan Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyah: .para pelaku bid.ah adalah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan syubhat. Mereka mengikuti hawa nafsunya dalam sesuatu yang di sukai dan di benci, mereka menetapkan hukum dengan prasangka dan syubhat. Mereka mengikuti prasangka dan apa yang di inginkan nafsunya, padahal telah datang petunjuk dari Tuhan SWT mereka. Jika seseorang menggunakan hawa nafsunya dalam masalah agama maka sungguh dia adalah orang yang difirmankan Allah SWT : .Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah. .(Al-Qashash:50)
Bid’ah lebih di cintai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat
Imam At-Tsauri rahimahullah berkata: .Bid.ah lebih di cintai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat, orang terkadang bertaubat dari maksiat tetapi seseorang sulit bertaubat dari perbuatan bid.ahnya. Maksud perkataan Imam Ats- Tsauri rahimahullah itu di jelaskan oleh Ibnu Thaimiyah sebagai berikut: (makna perkataan mereka para imam islam, seperti Sufyan Ats-Tsauri dan lainnya) bahwa , amalan buruknya (yaitu bid.ah tersebut pent.) telah di hias-hiasi oleh syaitan sehinggga ia melihatnya sebagai suatu kebaikan, karena permulaan taubat adalah mengetahui perbuatannya itu buruk, sehingga ia bertaubat darinya, atau bahwa ia telah meninggalkan suatu kebaikan yang di perintahkan secara wajib atau tidak wajib, sehingga dia bertaubat dan mengerjakannya. Maka selama dia melihat perbuatannya suatu kebaikan, padahal sebenarnya adalah suatu keburukan, niscaya dia tidak akan bertaubat (Majmu. fatawa X/9)
Bid’ah melenyapkan Sunnah,
Seperti apa yang di katakan oleh Ibnu Abbas t: . Tidaklah datang suatu tahun pada Manusia melainkan mereka membuat bid.ah dan mematikan sunnah, hingga bentuk-bentuk bid.ah menjadi hidup dan sunnah menjadi mati.. Hasan bin .Athiyyah : .Tidaklah suatu kaum membuat bid.ah dalam agama mereka melainkan Allah SWT akan mencabut dari mereka sunnah yang sepadan dengan nya, kemudian tidak akan mengembalikan kepada mereka sampai hari kiamat.. betapa indahnya yang dikatakan oleh sahabat agung Ibnu mas.ud RA: .Hendaklah kamu menghindari apa yang baru di buat Manusia dari bentuk-bentuk bid.ah. Sebab agama tidak akan hilang dari hati seketika. Tetapi syaithan membuat bid.ah baru untuknya, hingga iman keluar dari hati, dan hampir-hampir Manusia meninggalkan apa yang telah di tetapkan Allah SWT kepada mereka berupa shalat, puasa, halal dan haram, sementara mereka masih berbicara tentang Tuhan Yang Maha mulia. Maka siapa yang mendapatkan masa itu hendaknya dia lari. .Ia di tanya, .Wahai Abu Abdurrahman , kemana larinya ? .ia menjawab. .Tidak kemana-mana. Lari dengan hati dan agamanya. Janganlah duduk besama-sama dengan ahli bid.ah.(Al-Hajjah I/312 oleh Al Ashbahani)
Bid’ah termasuk sikap ghuluw (melampaui batas syari.at)
Imam Al-Bukhari berkata dalam kitab shahihnya, Kitab Al-I.tisham bil kitab wa sunnah: .Bab: Apa yang dilarang tentang berlebih-lebihan, perselisihan di dalam ilmu, ghuluw di dalam agama dan bid.ah-bid.ah, berdasarkan firman Allah SWT : . Wahai Ahli kitab janganlah kamu melampauibatas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakanterhadaap Allah kecuali yang benar.. (An-Nisa.:171)
Bid’ah menyebabkan perpecahan
Allah SWT berfirman: .dan bahwa (yang kami peritahkan) ini adalah jalanku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan (subul) itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya..(Al-An.am 153) Imam Asy-Syathibi berkata: .sirhathal mustaqim (jalan yang lurus) adalah jalan Allah yang dia serukan, yaitu As-Sunnah. Sedangkan As-Subul (jalan- jalan lain) adalah jalan-jalan orang-orang yang berselisih. Yang menyimpang dari jalan yang lurus. Mereka adalah para ahli bid.ah.(Al-I.tisham I/76 tahqiq Syaikh Salim Al-Hilali)
DR. Ibrahim bin Muhammad Al- Buraikan menyatakan: .Dan sesunggunya melakukan/membuat bid.ah di dalam agama akan menambah perpecahan di kalangan ummat karena hal itu merupakan dasar yang menyelisihi agama, yang kita di larang mengkutinya sebagaimana firman Allah SWT : .janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan (subul) itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya..(Al-An.am 153) (Al-Madkhal lid dirasalah Al-.aqidah .ala Madzhab Ahli Sunnah Waljama.ah)
BAHAYA BID’AH BAGI PELAKUNYA
¨ Amalan-amalannya tidak di terima
terdapat beberapa nash yang menyatakan bahwa ibadah ahli bid.ah tidak di terima oleh Allah SWT. Diantarannya adalah firman Allah SWT : katakanlah: .Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orangyang paling merugi perbuatannya. .yaitu orang yang telah sia- sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.(Al-kahfi:103- 104). Imam Ibnu Katsir berkata: . Karena Sesungguhnya ayat ini adalah makiyah (turun sebelum peristiwa hijrah dari makkah ke madinah) , sebelum berbicara terhadap orang-orang yahudi dan nashara, dan sebelum adanya al-hawarij (kaum pertama pembuat bid.ah) sama sekali. Sesungguhnya ayat ini umum meliputi setiap orang yang beribadah kepada Allah SWT dengan jalan yang tidak di ridhoi Allah SWT, dia menyangka bahwa dia telah berbuat benar didalam ibadah tersebut padahal dia telah berbuat salah dan amalannya tertolak.. (Tafsir Al- Qur.annil Azhim)
¨ Pelaku bid’ah semakin jauh dari Allah SWT
Diriwayatkan dari Al-hasan bahwa dia berkata : .shahibu (pelaku) bid.ah, tidaklah dia menambah kesungguhan, puasa, dan shalat, kecuali dia semakin jauh dari Allah SWT. Dan dari Ayyub As-Sikhtiyani, dia berkata: .tidaklah pelaku bid.ah menambah kesungguhan kecuali dia semakin jauh dari Allah SWT.. Pernyatan tersebut diisyaratkan kebenarannya oleh sabda Rasulullah SAW tentang khawarij: .satu kaum akan keluar di dalam ummat ini yang kamu meremehkan shalat kamu di bandingkan dengan shalat mereka, mereka membaca Al-Qur.an tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana melesatnya anak panah dari sasarannya..(HR. Bukhari) Asy-Syatibi berkata: .pertama beliau (Rasulullah SAW pent.) menjelaskan tentang kesungguhan mereka, kemudian beliau menjelaskan tentang jauhnya mereka dari Allah SWT.(Al-I.tisham I/156)
¨ menangguh dosa bid’ah dan dosa- dosa orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda : .Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa- dosa mereka sedikitpun..(HR. Muslim) Sedangkan bid.ah merupakan kesesatan sebagaimana yang telah di katakan oleh Rasulullah SAW. Inginkah ahli bid.ah menanggung seluruh dosa orang orang yang mengiutinya sampai hari kiamat?! Tidakkah hadis Rasulullah SAW ini menghentikan mereka!?
¨ Pelaku bid’ah memposisikan dirinya pada kedudukan menyerupai pembuat syari.at
Hal ini karena pembuat syari.at (Allah SWT ) telah membuat peraturan- peraturan kemudian mewajibkan makhluk untuk melaksanakannya, sehingga dia sendirian dalam hal ini. Dialah yang membuat keptutusan tentang apa yang di perselisihkan oleh makhluk. Karena jika pembuatan peraturan-peraturan itu mampu di lakukan oleh Manusia, niscaya agama yang berisi peraturan-peraturan itu tidak di turunkan oleh Allah, para Rasul tidak perlu di utus, dan tidak ada lagi perselisihan di kalangan Manusia. maka orang-orang yang mengadakan perkara- perkara baru di dalam agama Allah SWT itu berarti dia telah menempatkan dirinya sebanding dengan pembuat syari.at. Yaitu dia membuat peraturan bersamaan dengan pembuat syari.at dan telah membuka pintu perselisihan, serta menolak maksud atau tujuan pembuat syari.at di dalam kesendiriannya dalam membuat syari.at (peraturan).(Al-I.tisham I/66)
¨ Pelaku bid’ah akan di usir dari telaga Rasululah SAW pada hari kiamat
Rasululah SAW bersabda: .Sesungguhnya aku mandahului dan menanti kamu di telaga. Barang siapa yang melewatiku niscaya dia minum, dan barang siapa yang minum niscaya dia tidak akan haus selama- lamanya. Sesungguhnya sekelompok orang akan mendatangiku, aku mengenal mereka, dan mereka mengenalku, kemudian dihalangi antara aku dengan mereka, maka aku berkata: .Sesungguhnya mereka dari pengikutku. tetapi di jawab .Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan secara baru setelahmu.. Maka aku (Nabi SAW) berkata: .jauh ! jauh!! Bagi orang-orang yang merubah agama setelahku.. (HR. Bukhari -Muslim)
¨ Pelaku bid’ah diancam dengan laknat Allah
Dari Ibrhahim At-taimi dia berkata: .Bapakku telah menceritakan kepadaku, dia berkata: Ali RA berkhutbah kepada kami di atas mimbar dari batu bata dan beliau membawa sebuah pedang, yang pada pedang tersebut terdapat sebuah lembaran yan tergantung, kemudian Ali berkata: .Demi Allah SWT kami tidak mempunyai kitab yang di baca kecuali kitab Allah SWT dan apa yang ada di lembaran ini.. Kemudian Ali membukanya, maka didalam lembaran itu tertulis:.maka barang siapa yang membuat perkara-perkara baru (bid.ah) di madinah niscaya dia mendapatkan laknat Allah SWT, malaikat-malaikatnya dan seluruh Manusia.. (Bukhari no. 7300 dan Mus- lim no. 1730).
¨ Pintu taubat hampir-hampir terkunci bagi shahibu (ahli) bid’ah
Hal ini disebutkan dalam beberapa hadist antara lain: Sesungguhnya Allah SWT menghalangi taubat dari setiap shahibu bid.ah sampai ia meninggalkan bid.ahnya (Shahih At-Tarhib I/97 dan Zhilalul Jannah : 21 oleh Imam Al-Albani). Sesungguhnya ahli bid.ah tidak mendapakan taufik (bimbingan) untuk bertaubat. Sehingga taubat itu sama sekali tidak terjadi pada mereka kecuali jika dikehendaki Allah SWT. Ini adalah makna yang benar, dan tidak ada keraguan padanya.Karena telah ditunjukkan oleh Al-Qur.an dan As- Sunnah, dan perkataan para salaf ini serta kenyataan para Ahli bid.ah itu sendiri. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Hasan Al-Basri . Allah I enggan mengizinkan taubat bagi Ahli bid.ah. (HR. Al-Lalikai).
maraji :
Al-Ihtisham Imam As-Syathibi
Risalatul Bida. Syaikh Ali hasan Al-Halabi