Sabtu, 19 Februari 2011

Bahaya Bid'ah

BAHAYA BID’AH
Oleh. Moh. Adi


Anggapan baik terhadap bid.ah berarti menganggap Islam seolah-olah belum sempurna

Syariat  islam  telah  sempurna, sehingga  tidak  memerlukan  tambahan ataupun pengurangan. Allah SWT berfirman: Pada  hari  ini  telah  kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah ku ridhoi islam sebagai  agamamu..(Qs.  Al- Maidah\3) Dan Nabi SAW tidaklah wafat kecuali telah menjelaskan seluruh perkara dunia  dan  agama  yang  dibutuhkan.  Jika demikian, maka maksud perkataan atau perbuatan  bidah  dari  pelakunya  adalah bahwa  agama  ini  seakan-akan  belum sempurna,  sehingga  perlu  untuk dilengkapi,  sebab  amalan  yang diperbuatnya  dengan  anggapan  dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT belum terdapat di dalamnya
 Ibnu  Majisyun  berkata :  Aku mendengar Imam malik berkata: Barang siapa yang membuat bidah dalam islam dan  melihatnya  sebagai  suatu  kebaikan, maka  Sesungguhnya  dia  telah  menuduh bahwa  Nabi  Muhammad  SAW telah berkhianat, karena Allah SWT  telah berfirman Dalam Al-qur.an , .pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamu.. Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama  maka  pada  hari  inipun  bukan termasuk Agama..(Asy-syatibi dalam Al- I.tisam).

 Amalan bid’ah tertolak (tidak di terima oleh Allah SWT )
Nabi SAW bersabda:  .Barang siapa yang  membuat  hal  yang  baru  dalam urusan  agama  kami  ini  sesuatu  yang tidak ada didalamnya, maka ia tertolak.. (Bukhari Muslim) Sebagaimana  maklum  bahwa syarat  di  terimanya  amalan    adalah: ikhlas dan sesuai dengan sunnah. Ikhlas semata-mata karena mengharap ridha  Allah SWT dan  pahala  di  akhirat, bukan  pujian  atau  balasan  makhluk ataupun  ucapan  terima  kasih  yang  ini adalah merupakan kandungan syahadat La ilaaha illallah. Sesuai dengan sunnah yaitu  sesuai  dengan  perintah  dan tuntunan  Rasullullah  SAW,  bukan berdasarkan hawa nafsu dan bid.ah yang diada-adakan,  yang  hal  ini  merupakan kandungan  syahadat  Muhammad SAW. Dengan  demikian  amalan  bid.ah  itu kehilangan syarat kedua, dari dua syarat di terimanya amal.

Bid’ah…mengikuti  hawa nafsu,
Sebagaimana  perkataan  Syaikhul Islam Ibnu Thaimiyah: .para pelaku bid.ah adalah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu  dan  syubhat.  Mereka  mengikuti hawa  nafsunya  dalam  sesuatu  yang  di sukai dan di benci, mereka menetapkan hukum dengan prasangka dan syubhat. Mereka  mengikuti  prasangka  dan  apa yang di inginkan nafsunya, padahal telah datang  petunjuk  dari  Tuhan SWT mereka. Jika  seseorang  menggunakan  hawa nafsunya  dalam  masalah agama  maka sungguh  dia  adalah  orang  yang difirmankan Allah SWT : .Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah. .(Al-Qashash:50)

 Bid’ah lebih di cintai oleh iblis dari pada perbuatan maksiat
Imam  At-Tsauri  rahimahullah berkata: .Bid.ah lebih di cintai oleh iblis dari  pada  perbuatan  maksiat,  orang terkadang bertaubat dari maksiat tetapi seseorang sulit bertaubat dari perbuatan bid.ahnya. Maksud perkataan Imam Ats- Tsauri  rahimahullah  itu  di  jelaskan  oleh Ibnu Thaimiyah sebagai berikut: (makna perkataan  mereka  para  imam  islam, seperti  Sufyan  Ats-Tsauri  dan  lainnya) bahwa  , amalan buruknya (yaitu bid.ah tersebut  pent.)  telah  di  hias-hiasi  oleh syaitan sehinggga ia melihatnya sebagai suatu  kebaikan,  karena  permulaan taubat adalah mengetahui perbuatannya itu  buruk, sehingga ia bertaubat darinya, atau bahwa ia telah meninggalkan suatu kebaikan  yang  di  perintahkan  secara wajib  atau  tidak  wajib,  sehingga  dia bertaubat  dan  mengerjakannya.  Maka selama  dia  melihat perbuatannya  suatu kebaikan,  padahal  sebenarnya  adalah suatu keburukan, niscaya dia tidak akan bertaubat (Majmu. fatawa X/9)

Bid’ah melenyapkan Sunnah,
Seperti  apa  yang  di  katakan  oleh Ibnu Abbas t: . Tidaklah datang suatu tahun  pada  Manusia  melainkan  mereka membuat bid.ah dan mematikan sunnah, hingga  bentuk-bentuk  bid.ah  menjadi hidup dan sunnah menjadi mati.. Hasan  bin  .Athiyyah  :  .Tidaklah suatu  kaum  membuat  bid.ah  dalam agama mereka melainkan Allah SWT akan mencabut  dari  mereka  sunnah  yang sepadan  dengan  nya,  kemudian  tidak akan  mengembalikan  kepada  mereka sampai  hari  kiamat..  betapa  indahnya yang dikatakan oleh sahabat agung Ibnu mas.ud  RA:  .Hendaklah  kamu menghindari  apa  yang  baru  di  buat Manusia  dari  bentuk-bentuk  bid.ah. Sebab agama tidak akan hilang dari hati seketika. Tetapi syaithan membuat bid.ah baru untuknya, hingga iman keluar dari hati,  dan  hampir-hampir  Manusia meninggalkan apa yang telah di tetapkan Allah SWT kepada mereka berupa shalat, puasa,  halal  dan  haram,  sementara mereka  masih  berbicara  tentang  Tuhan Yang  Maha mulia.  Maka  siapa  yang mendapatkan  masa  itu  hendaknya  dia lari.  .Ia  di  tanya,  .Wahai  Abu Abdurrahman  ,  kemana  larinya  ?  .ia menjawab.  .Tidak  kemana-mana.  Lari dengan  hati  dan  agamanya.  Janganlah duduk  besama-sama  dengan  ahli bid.ah.(Al-Hajjah I/312 oleh Al Ashbahani)

Bid’ah  termasuk  sikap  ghuluw (melampaui batas syari.at)
Imam  Al-Bukhari  berkata  dalam kitab shahihnya, Kitab Al-I.tisham bil kitab wa  sunnah:  .Bab:  Apa  yang  dilarang tentang berlebih-lebihan, perselisihan di dalam ilmu, ghuluw  di dalam agama dan bid.ah-bid.ah, berdasarkan firman Allah SWT :  .  Wahai  Ahli  kitab  janganlah  kamu melampauibatas  dalam  agamamu,  dan janganlah kamu mengatakanterhadaap Allah kecuali yang benar.. (An-Nisa.:171)

Bid’ah menyebabkan perpecahan
Allah SWT berfirman: .dan bahwa (yang kami peritahkan) ini adalah jalanku yang lurus,  maka  ikutilah  dia,  dan  janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena  jalan-jalan  (subul)  itu  mencerai beraikan kamu dari jalanNya..(Al-An.am 153) Imam  Asy-Syathibi  berkata: .sirhathal  mustaqim  (jalan  yang  lurus) adalah jalan Allah yang dia serukan, yaitu As-Sunnah. Sedangkan As-Subul (jalan- jalan lain) adalah jalan-jalan orang-orang yang  berselisih.  Yang  menyimpang  dari jalan yang lurus. Mereka adalah para ahli bid.ah.(Al-I.tisham I/76 tahqiq Syaikh Salim Al-Hilali)
DR.  Ibrahim  bin  Muhammad  Al- Buraikan menyatakan: .Dan sesunggunya melakukan/membuat  bid.ah  di  dalam agama  akan  menambah  perpecahan  di kalangan ummat karena hal itu merupakan dasar yang menyelisihi agama, yang kita di  larang  mengkutinya  sebagaimana firman Allah SWT : .janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan (subul) itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya..(Al-An.am 153) (Al-Madkhal lid dirasalah    Al-.aqidah  .ala  Madzhab    Ahli Sunnah  Waljama.ah)


BAHAYA BID’AH BAGI PELAKUNYA

¨ Amalan-amalannya tidak di terima
     terdapat  beberapa  nash  yang menyatakan  bahwa  ibadah  ahli  bid.ah tidak di terima oleh Allah SWT. Diantarannya adalah firman Allah SWT : katakanlah: .Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orangyang  paling  merugi perbuatannya. .yaitu orang yang telah sia- sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat  sebaik-baiknya.(Al-kahfi:103- 104). Imam Ibnu Katsir berkata: . Karena Sesungguhnya  ayat  ini  adalah  makiyah (turun  sebelum  peristiwa  hijrah  dari makkah ke madinah) , sebelum berbicara terhadap  orang-orang  yahudi  dan nashara, dan sebelum adanya al-hawarij (kaum  pertama  pembuat  bid.ah)  sama sekali.  Sesungguhnya  ayat  ini  umum meliputi  setiap  orang  yang  beribadah kepada Allah SWT dengan jalan yang tidak di ridhoi Allah SWT, dia menyangka bahwa dia  telah  berbuat  benar  didalam  ibadah tersebut padahal dia telah berbuat salah dan  amalannya  tertolak..  (Tafsir  Al- Qur.annil Azhim)



 ¨ Pelaku bid’ah semakin jauh dari Allah SWT
Diriwayatkan dari Al-hasan bahwa dia  berkata  :  .shahibu  (pelaku)  bid.ah, tidaklah  dia  menambah  kesungguhan, puasa,  dan  shalat,  kecuali  dia semakin jauh dari Allah SWT. Dan dari Ayyub As-Sikhtiyani, dia berkata:  .tidaklah  pelaku  bid.ah menambah  kesungguhan  kecuali  dia semakin jauh dari Allah SWT..  Pernyatan tersebut diisyaratkan kebenarannya oleh sabda  Rasulullah SAW tentang  khawarij: .satu kaum akan keluar di dalam ummat ini yang kamu meremehkan shalat kamu di  bandingkan  dengan  shalat  mereka, mereka membaca Al-Qur.an tetapi tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat  dari  agama  sebagaimana melesatnya  anak  panah  dari sasarannya..(HR. Bukhari) Asy-Syatibi  berkata:  .pertama beliau (Rasulullah SAW pent.) menjelaskan tentang  kesungguhan  mereka, kemudian  beliau  menjelaskan  tentang jauhnya mereka dari Allah SWT.(Al-I.tisham I/156)

 ¨ menangguh dosa bid’ah dan dosa- dosa orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda : .Barang  siapa  yang  menyeru  kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana  pahala-pahala  yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala-pahala  mereka  sedikitpun.  Dan barang  siapa  yang  menyeru  kepada kesesatan,  maka  dia  mendapatkan dosa-dosa  orang-orang  yang mengikutinya,  tanpa  mengurangi  dosa- dosa mereka sedikitpun..(HR. Muslim) Sedangkan  bid.ah  merupakan kesesatan  sebagaimana  yang  telah  di katakan oleh Rasulullah SAW. Inginkah ahli bid.ah menanggung seluruh dosa orang orang  yang  mengiutinya  sampai  hari kiamat?! Tidakkah hadis Rasulullah SAW ini menghentikan  mereka!?

¨ Pelaku bid’ah memposisikan dirinya pada kedudukan menyerupai pembuat syari.at
Hal ini karena pembuat syari.at (Allah SWT )  telah  membuat  peraturan- peraturan kemudian mewajibkan makhluk untuk  melaksanakannya,  sehingga  dia sendirian  dalam  hal  ini.  Dialah  yang membuat keptutusan tentang apa yang di perselisihkan oleh makhluk. Karena jika pembuatan  peraturan-peraturan  itu mampu di lakukan oleh Manusia, niscaya agama  yang  berisi  peraturan-peraturan itu tidak di turunkan oleh Allah, para Rasul tidak  perlu  di  utus,  dan  tidak  ada  lagi perselisihan di kalangan Manusia. maka orang-orang yang mengadakan perkara- perkara baru di dalam agama Allah SWT  itu berarti  dia  telah  menempatkan  dirinya sebanding  dengan  pembuat  syari.at. Yaitu dia membuat peraturan bersamaan dengan  pembuat  syari.at  dan  telah membuka  pintu  perselisihan,  serta menolak  maksud atau tujuan pembuat syari.at  di  dalam  kesendiriannya  dalam membuat syari.at (peraturan).(Al-I.tisham I/66)


 ¨ Pelaku bid’ah akan di usir dari telaga Rasululah SAW pada hari kiamat
Rasululah SAW  bersabda: .Sesungguhnya aku mandahului dan menanti kamu di telaga. Barang siapa yang melewatiku niscaya dia minum, dan barang siapa yang minum niscaya dia tidak akan haus selama- lamanya. Sesungguhnya sekelompok orang akan mendatangiku, aku mengenal mereka, dan  mereka  mengenalku,  kemudian dihalangi antara aku dengan mereka, maka aku berkata: .Sesungguhnya mereka dari pengikutku. tetapi di jawab .Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan secara baru setelahmu.. Maka aku (Nabi SAW) berkata: .jauh ! jauh!! Bagi orang-orang  yang  merubah  agama setelahku.. (HR. Bukhari -Muslim)

 ¨ Pelaku bid’ah diancam dengan laknat Allah
Dari Ibrhahim At-taimi dia berkata: .Bapakku telah menceritakan kepadaku, dia berkata: Ali RA berkhutbah kepada kami di atas mimbar dari batu bata dan beliau membawa  sebuah  pedang,  yang  pada pedang tersebut terdapat sebuah lembaran yan  tergantung,  kemudian  Ali  berkata: .Demi Allah SWT kami tidak mempunyai kitab yang di baca kecuali kitab Allah SWT dan apa yang ada di lembaran ini.. Kemudian Ali membukanya, maka didalam lembaran itu tertulis:.maka barang siapa yang membuat perkara-perkara baru (bid.ah) di madinah niscaya dia mendapatkan laknat Allah SWT, malaikat-malaikatnya  dan  seluruh Manusia.. (Bukhari no. 7300 dan Mus- lim no. 1730).

¨ Pintu taubat hampir-hampir terkunci bagi shahibu (ahli) bid’ah
 Hal ini disebutkan dalam beberapa hadist antara lain: Sesungguhnya Allah  SWT menghalangi  taubat  dari  setiap shahibu bid.ah sampai ia meninggalkan bid.ahnya  (Shahih  At-Tarhib  I/97  dan Zhilalul Jannah : 21 oleh Imam Al-Albani). Sesungguhnya  ahli  bid.ah  tidak mendapakan  taufik  (bimbingan)  untuk bertaubat.  Sehingga  taubat  itu  sama sekali tidak terjadi pada mereka kecuali jika  dikehendaki  Allah SWT.    Ini  adalah makna  yang  benar,  dan  tidak  ada keraguan  padanya.Karena  telah ditunjukkan  oleh  Al-Qur.an  dan  As- Sunnah,  dan  perkataan  para  salaf  ini serta  kenyataan  para  Ahli  bid.ah  itu sendiri.  Hal  ini  sebagaimana  yang diungkapkan oleh Imam Hasan Al-Basri . Allah I  enggan mengizinkan taubat bagi Ahli bid.ah. (HR. Al-Lalikai).


 maraji :
 Al-Ihtisham Imam As-Syathibi
 Risalatul Bida. Syaikh Ali hasan Al-Halabi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar